Berita seputar wacana pembekuan Ditjen Bea Cukai dari Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa sempat mengundang perhatian publik. Tak tanggung-tanggung, Dirjen Bea Cukai sendiri, Djaka Budhi Utama, akhirnya memberikan tanggapannya. Pernyataan itu pun jadi salah satu yang paling banyak dibaca.
Di sisi lain, kabar lain yang juga ramai adalah kesiapan Menkeu Purbaya untuk terbang ke China. Agenda utamanya? Membahas skema utang kereta cepat Whoosh. Berikut ulasannya.
Menanggapi Wacana Pembekuan, Dirjen Bea Cukai: Kita Harus Berbenah
Djaka menyikapi pernyataan menterinya itu sebagai sebuah koreksi. Ia mengakuinya sebagai masukan berharga. "Yang pasti kita ke depan akan berupaya untuk lebih baik," ujarnya.
Ia lantas mengenang masa kelam institusinya. Periode 1985 sampai 1995 jadi catatan hitam, di mana korupsi merajalela. Situasi itu sampai memaksa Presiden Soeharto mengambil langkah drastis: merumahkan seluruh pegawai Bea Cukai. Djaka bersikeras, sejarah itu tak boleh terulang.
"Apa yang menjadi sejarah kelam tahun 85 sampai dengan 95 itu, kita tidak ingin itu terjadi ataupun diulangi oleh Bea Cukai. Sehingga tentunya bahwa Bea Cukai harus berbenah diri untuk menghilangkan image negatif," kata Djaka di Kanwil Bea Cukai Jakarta, Kemayoran, Rabu (3/12), usai memusnahkan barang kena cukai ilegal.
Langkah perbaikan pun digencarkan. Mulai dari membangun kultur organisasi, mendongkrak kinerja, hingga memperketat pengawasan di pelabuhan dan bandara. Pelayanan pada masyarakat juga terus diperbaiki. Setiap keluhan dari publik akan ditampung untuk evaluasi bertahap.
Artikel Terkait
IHSG Diprediksi Lanjutkan Koreksi, Empat Saham Ini Jadi Sorotan Analis
45.000 Sumur Ilegal Disiapkan Masuk Skema Resmi Melalui Koperasi dan BUMD
IHSG Pecahkan Rekor 22 Kali, 21 di Antaranya Terjadi di Era Purbaya
Pemerintah Desak Bank BUMN Garap Pembiayaan Eksplorasi Migas