"Alat berat EV dapat mengurangi biaya bahan bakar secara signifikan, yang menyumbang sekitar 40% dari biaya produksi di lokasi tambang," tegas Petrus.
Dukungan Lingkungan dan Rencana Ke Depan
Perusahaan menegaskan bahwa seluruh kebijakan pemerintah dan perkembangan ekonomi global saat ini membuka peluang yang luas bagi pengembangan bisnis penyewaan alat berat. Alat berat berbasis listrik diproyeksikan menjadi peluang bisnis utama IBFN pada tahun 2026.
Meski demikian, besaran anggaran khusus untuk pembelian alat berat listrik di tahun depan belum dapat diumumkan secara detail karena Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) perseroan masih dalam proses finalisasi.
Kinerja Perusahaan dan Strategi Kemitraan
Hingga September 2025, IBFN mencatatkan pendapatan yang fantastis sebesar Rp143,79 miliar. Angka ini merepresentasikan lonjakan pertumbuhan sebesar 807 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2024 yang sebesar Rp15,85 miliar.
Pertumbuhan kinerja ini tidak lepas dari strategi perusahaan dalam meningkatkan produktivitas armada, memperkuat efisiensi operasional, dan selektivitas dalam menangani proyek-proyek sewa alat berat. IBFN juga aktif menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan-perusahaan besar seperti PT Darma Henwa Tbk (DEWA), PT Mitra Stania Prima, dan PT Petrosea Tbk (PTRO).
Artikel Terkait
Prospek IPO Asia Tenggara 2026: Pemulihan, Proyeksi, dan Sektor Unggulan
Integrasi Stasiun Karet & BNI City: Target Rampung Desember 2025, Ini Progresnya
BRI Borong 3 Penghargaan Bergengsi di Asia Sustainability Reporting Awards 2025
IHSG Turun ke 8.361,93! Sektor Properti Melonjak 2,40% Jadi Penopang Utama