Perkembangan ekonomi di Amerika Serikat menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi volatilitas harga emas. Pengesahan RUU pendanaan pemerintah AS yang baru efektif pada Senin pekan depan diperkirakan akan mengakhiri masa government shutdown yang sempat membebani aktivitas ekonomi.
Ketidakpastian juga muncul karena tertundanya sejumlah data ekonomi kunci, seperti inflasi dan pengangguran, yang gagal dirilis. Kondisi ini membuat pasar kesulitan menilai arah kebijakan suku bunga The Fed di masa mendatang.
Dampak Ketegangan Geopolitik pada Logam Mulia
Di tengah ketidakpastian ekonomi, ketegangan geopolitik dinilai akan terus menjadi pendorong utama harga emas. Eskalasi di Timur Tengah, yang ditandai dengan konfirmasi penyitaan kapal tanker AS oleh Iran, menambah premi risiko di pasar.
Selain itu, ketegangan antara Rusia dan Ukraina juga berpotensi mengganggu pasokan minyak global, yang secara tidak langsung dapat mendukung kenaikan harga aset safe-haven seperti emas.
Keterbatasan Pasokan Emas dari Dalam Negeri
Faktor domestik juga turut berperan. Pasokan emas dari dalam negeri diprediksi semakin terbatas menyusul penghentian operasi tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) milik Freeport. Pengurangan stok logam mulia ini berpotensi menjadi catalyst tambahan untuk kenaikan harga emas ke depannya.
Artikel Terkait
Harga Pupuk Subsidi Turun 20%: Daftar Harga Terbaru & Syarat Beli untuk Petani
IUE-CEPA Disepakati, Kadin Siap Genjot Ekspor Alas Kaki hingga Nikel ke Pasar Eropa
Suku Bunga The Fed Desember 2025: Analisis Hawkish vs Dovish & Dampaknya
Sukuk Ijarah Rp1,35 Triliun Bali Towerindo (BALI): Seri, Jadwal, dan Alokasi Dana