Industri dana pensiun di Indonesia diprediksi bakal melesat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut, pertumbuhan dari program pensiun wajib maupun sukarela berpotensi mencapai double digit. Angka yang cukup menggembirakan, tentu saja.
Namun begitu, cerita manis itu tak lepas dari tantangan. Menurut Ogi Prastomiyono, Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, tahun 2026 nanti pengelolaan portofolio investasi akan jadi ujian berat bagi para pengelola dana pensiun.
“Penurunan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) akan berdampak pada potensi penurunan tingkat imbal hasil investasi yang akan diperoleh Dana Pensiun,”
Begitu penjelasan Ogi dalam jawaban tertulisnya, Minggu (28/12/2025).
Dia menambahkan, pasar keuangan yang bergerak sangat dinamis membuat strategi alokasi aset yang optimal jadi pekerjaan rumah lain. Belum lagi soal peserta. Pertumbuhan jumlah mereka memaksa Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) berinovasi. Produk harus adaptif dengan kebutuhan masyarakat, plus didukung digitalisasi agar pengelolaan dana pensiun lebih efektif.
Lalu, bagaimana kondisi investasinya saat ini? Data per Oktober 2025 menunjukkan, nilai investasi dana pensiun di saham menyentuh Rp24,66 triliun. Angka itu setara dengan 6,37% dari total investasi. Sementara untuk asuransi, nilainya jauh lebih besar: Rp134,42 triliun atau sekitar 18% dari total.
Membaiknya kinerja IHSG belakangan ini diyakini bakal memulihkan kepercayaan investor. Tak hanya pada saham, tapi juga instrumen lain seperti asuransi dan dana pensiun. Kabar baik, kan?
Artikel Terkait
Drama, Duka, dan Skandal: Potret Kelam Dunia Hiburan Indonesia di 2025
31 Rute Transjakarta Berubah, MRT/LRT Diperpanjang untuk Malam Tahun Baru
Tiket Kelas Bisnis Hanya untuk Mencuri, Sindikat Pencuri Pesawat Terbongkar di Singapura
Menag Serukan Refleksi dan Solidaritas di Penghujung Tahun 2025