"Sebagian besar warga sini pedagang," jelas Peni.
"Mereka sering setor tunai, transfer, bayar tagihan. Utamanya petani sayur yang jual kentang, cabai, wortel, sampai kol. Kata mereka, usaha jadi lebih lancar berkembang karena transaksi gampang."
Kisah Peni ini cerminan nyata. Keberadaan agen BRILink ternyata mampu menjangkau pelosok, membawa layanan keuangan langsung ke tangan masyarakat yang paling membutuhkan.
Di sisi lain, dari kacamata institusi, model ini punya nilai strategis. Direktur Micro BRI, Akhmad Purwakajaya, menyebutkan bahwa BRILink Agen menciptakan ekosistem berbagi di tengah masyarakat.
“Melalui jaringan ini, BRI berupaya menjangkau lapisan masyarakat yang sebelumnya sulit tersentuh layanan perbankan,” katanya.
“Sekaligus, mendorong kemandirian ekonomi di tingkat lokal.”
Angkanya cukup mencengangkan. Hingga November 2025, BRI sudah punya sekitar 1,2 juta agen yang tersebar di lebih dari 66 ribu desa. Itu mencakup lebih dari 80 persen total desa di Indonesia.
“Lewat model kemitraan ini,” tambah Akhmad, “BRILink Agen telah memfasilitasi 1 miliar transaksi finansial. Total volumenya mencapai Rp1.592 triliun.”
Jadi, dari sebuah dusun di Banjarnegara, Peni Prayekti dan usahanya yang sederhana itu ternyata menyimpan cerita besar. Tentang kemandirian, tentang gotong royong, dan tentang bagaimana akses keuangan yang merata bisa mengubah hidup banyak orang.
Artikel Terkait
Durian dari Hati: Warga Gayo Lues Balas Bantuan TNI dengan Buah Khas
Bank Mandiri Siapkan Relaksasi Kredit untuk 30 Ribu Debitur Korban Bencana
Stok Telur Nasional Melimpah, Harga Dijamin Stabil hingga Lebaran 2026
Libur Tahun Baru, Tim Bencana Sumatera Malah Genjot Pemulihan