Dampak kemanusiaannya sungguh masif. Sejak bentrokan kembali berkecamuk pada 8 Desember lalu, gelombang pengungsian tak terhindarkan. Hampir satu juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka, tersebar di kedua sisi perbatasan.
Kamboja melaporkan sekitar 610.000 warganya mengungsi. Sementara itu, di wilayah Thailand, angka pengungsi yang tercatat resmi oleh Kementerian Pertahanan dan Luar Negeri lebih dari 150.000 orang. Padahal, laporan militer sebelumnya menyebut angkanya bisa mencapai 400.000 jiwa. Ada kesenjangan data yang cukup signifikan di sini.
Di balik dentuman senjata, upaya damai masih berjalan. Pembicaraan militer tingkat tinggi antara kedua negara kemungkinan akan berlanjut sepanjang minggu. Pertemuan awal sudah digelar di Provinsi Chanthaburi, Thailand, sejak Rabu kemarin.
Puncaknya rencananya pada Sabtu (27/12/2025), dengan diadakannya pertemuan penuh Komite Perbatasan Umum. Pertemuan penting ini akan dipimpin bersama oleh menteri pertahanan kedua negara.
Tapi jalan menuju perdamaian tak semudah itu. Bangkok sudah bersikap tegas. Mereka menyatakan, jika pembicaraan tidak menghasilkan kesepakatan soal kerangka kerja teknis yang utama, mereka tak akan melanjutkan pertemuan atau menandatangani perjanjian apa pun. Tekad mereka kuat, tapi tekanan untuk menghentikan pertumpahan darah juga semakin besar.
Artikel Terkait
Pembangunan Huntara di Sumatera Dikebut, Pekerja Berjibaku 18 Jam Sehari
Jusri Pulubuhu Ungkap Kesalahan Fatal Pengemudi Saat Turunan Panjang
XPeng X9 Meluncur, Desain Futuristik dan Fitur Mewah Jadi Andalan
Pemerintah Siapkan 1,35 Juta Sertifikat Halal Gratis Jelang Aturan Wajib 2026