Bagi yang sering nyetir di tol, istilah 'lane hogger' pasti sudah nggak asing lagi. Intinya, itu pengendara yang betah banget nongkrong di lajur kanan, padahal kecepatannya cuma segitu-gitu aja.
Tapi, gimana kalau kecepatannya sudah mentok di batas maksimum? Apa iya tetap dianggap salah?
Jusri Pulubuhu, Lead Instructor dari Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), punya jawaban tegas. Menurut dia, perilaku itu tetap keliru. Soalnya, aturan penggunaan lajur di jalan tol itu sudah jelas dan nggak cuma soal kecepatan semata.
Begitu penjelasan Jusri.
Secara umum, jalan tol punya tiga lajur dengan peran yang beda-beda. Yang paling kiri, alias lajur satu, biasanya jadi rumah buat kendaraan berat kayak truk atau bus, atau kendaraan yang jalannya pelan. Lajur tengah atau lajur dua punya fungsi ganda: untuk kendaraan ringan melintas biasa, dan juga sebagai tempat kembali setelah menyalip. Nah, lajur kanan atau lajur tiga, itu khusus cuma untuk menyalip. Bukan untuk jalan terus-terusan, meskipun kecepatanmu tinggi.
Jusri melihat, banyak pengemudi yang merasa bersih karena nggak ngebut. Mereka bertahan di lajur kanan dengan alasan sudah sesuai batas kecepatan. Padahal, dari situlah masalah 'lane hogging' muncul.
Artikel Terkait
Mawa Tolak Ajakan Bertemu Insan, Fokus ke Proses Hukum Sebelum Ajukan Cerai
Bencana Sumatra: Ketika Politik Menggadaikan Hutan
Frustrasi dan Kekecewaan, Seorang Perempuan Kirim Ancaman Bom ke 10 Sekolah Depok
Jet Pribadi Jenderal Libya Jatuh di Ankara, Seluruh Penumpang Tewas