Namun begitu, perjuangan ternyata belum usai. Setelah kedaulatan diakui, gangguan tetap datang. “Kita baru selesai merebut kedaulatan diganggu terus, diintervensi. Ini bukan sekarang, ini sejarah,” tegasnya. Ia seolah mengingatkan bahwa tantangan terhadap persatuan Indonesia adalah cerita yang berulang.
Di sisi lain, Prabowo juga menyentuh posisi Indonesia di dunia. Negara ini, katanya, adalah negara besar yang kaya. “Tidak memiliki niat untuk mengganggu bangsa lain,” ucapnya. Tapi justru karena potensi itulah, Indonesia kerap jadi sasaran gangguan dari luar.
Dari kilas balik sejarah itulah, Presiden kemudian menarik benang merahnya ke kondisi hari ini. Pertanyaannya mendasar: sudahkah tujuan kemerdekaan itu tercapai?
“Tujuan kita merdeka adalah rakyat sejahtera. Setelah 80 tahun kita harus bertanya apa rakyat kita sudah sejahtera?” tanyanya retoris. Jawabannya sendiri ia berikan. “Masih banyak rakyat kita yang hidup dalam keadaan yang belum bisa kita katakan sejahtera.”
Nah, program KPR Sejahtera FLPP yang digelar hari itu ia letakkan dalam kerangka besar itu. Penyediaan hunian layak bukan sekadar proyek fisik. Tapi bagian dari janji kemerdekaan yang harus ditepati. Sebuah komitmen untuk menghadirkan keadilan sosial dan meningkatkan kualitas hidup rakyat, yang sejak dulu jadi cita-cita utama.
Pesan akhirnya jelas. Perjuangan kini berbeda bentuknya. Bukan lagi dengan senjata, tapi dengan kerja nyata membangun dari dalam. Dimulai dari hal konkret seperti memastikan setiap keluarga punya atap di atas kepala mereka.
Artikel Terkait
Eksodus Warga Jakarta Dimulai, 34 Ribu Tiket Kereta Ludes di Hari Pertama Libur
Menkeu Purbaya Anggap Proyeksi Defisit Bank Dunia Sering Meleset
Siap Siaga Nataru 2026, Polri Waspadai Ancaman Banjir dan Longsor
BMKG Siagakan Dua Belas Perairan, Gelombang Capai Empat Meter