Efek domino dari lane hogging ini cukup serius. Arus lalu lintas jadi tersendat. Lebih parah, bisa memicu aksi nekat seperti menyalip dari bahu jalan. Padahal, bahu jalan itu tempat berhenti darurat. Risiko bertabrakan dengan kendaraan yang sedang bermasalah di sana sangat besar.
Kesalahan ketiga yang sering luput dari perhatian: menerobos marka chevron. Anda pasti pernah lihat pola garis-garis serong putih di sekitar pintu keluar tol atau persimpangan. Itu lah chevron.
Fungsinya jelas: sebagai pembatas yang tak boleh dilintasi. Tapi nyatanya, masih banyak yang nekat memotong jalur dengan menginjak area tersebut. Alasannya klasik: ingin cepat. Manuver mendadak seperti ini sangat berbahaya karena mengejutkan pengemudi di belakang dan memotong waktu reaksi mereka.
Pada dasarnya, chevron ada untuk mengarahkan alur kendaraan dan menciptakan zona penyangga. Ia menjaga agar tidak ada yang menyerobot jalur saat keluar-masuk tol. Singkatnya, ia adalah pagar pengaman yang tak seharusnya diterobos.
Jadi, mulai dari lupa sein, memonopoli lajur kanan, sampai menerobos chevron semua itu adalah kebiasaan buruk yang punya potensi besar mendatangkan malapetaka. Di jalan tol, kedisiplinan terhadap aturan yang terlihat sederhana justru menjadi kunci keselamatan kita semua. Sudah saatnya kita berkendara dengan lebih sadar, bukan cuma cepat.
Artikel Terkait
Dua Kapolres Jakarta Diganti, Enam Polwan Naik Jabatan Kapolres
Formula Baru UMP 2026: Inflasi Plus, Nilai Alfa Naik, dan Tenggat Ketat untuk Gubernur
Yen Melemah Meski BOJ Akhiri Era Suku Bunga Nol
Jeruji Hingga Rujuk: Drama Selebriti yang Mengisi Jumat Publik