Berkendara di jalan tol itu butuh fokus dan disiplin ekstra. Bayangkan, kecepatan tinggi membuat setiap gerakan harus benar-benar diperhitungkan. Sayangnya, masih banyak pengemudi yang abai dengan kesalahan-kesalahan kecil. Padahal, di ruas tol, hal sepele bisa berakibat fatal.
Yang pertama dan paling sering terlihat: pindah lajur tanpa sein. Cuma klik lampu itu, tapi banyak yang malas. Akibatnya? Pengemudi di belakang atau samping tak punya waktu untuk antisipasi. Pengereman mendadak pun tak terhindarkan, dan tabrakan beruntun tinggal menunggu waktu.
Lampu sein itu bukan formalitas belaka. Ia adalah bahasa kita di jalan raya. Sebuah sinyal yang memberi tahu orang lain, "hei, saya mau belok" atau "saya akan menyalip". Tanpa itu, kita seperti bicara sendiri di keramaian.
Menurut pengamatan di lapangan, kesalahan ini kerap terjadi saat jalan terlihat lengang. Pengemudi, terutama yang membawa mobil kecil, langsung menyelonong pindah jalur. Padahal, aturannya jelas: nyalakan sein, tunggu sekitar dua detik, baru pindah. Itu memberi waktu reaksi bagi semua.
Di sisi lain, ada kebiasaan lain yang tak kalah mengganggu: nge-hog lajur kanan. Istilah kerennya sih lane hogger. Fenomena ini ramai diperbincangkan di media sosial belakangan ini. Intinya, pengemudi memilih berdiam di lajur paling kanan meski tidak sedang menyalip kendaraan lain.
Aturannya sebenarnya sederhana. Lajur kanan itu khusus untuk menyalip. Begitu selesai, ya minggir kembali ke lajur tengah. Sementara lajur kiri diperuntukkan bagi kendaraan berat atau yang melaju lebih pelan. Kalau aturan ini dilanggar, yang terjadi ya macet artifisial dan emosi pengendara lain memanas.
Artikel Terkait
Dua Kapolres Jakarta Diganti, Enam Polwan Naik Jabatan Kapolres
Formula Baru UMP 2026: Inflasi Plus, Nilai Alfa Naik, dan Tenggat Ketat untuk Gubernur
Yen Melemah Meski BOJ Akhiri Era Suku Bunga Nol
Jeruji Hingga Rujuk: Drama Selebriti yang Mengisi Jumat Publik