"Alhamdulillah tadi malam sudah rata-rata 60 MW untuk kebutuhan Banda Aceh sudah tersalur," jelas Bahlil.
Di sisi lain, perbaikan infrastruktur krusial seperti gardu induk juga terus digenjot. Pemasangannya sudah mencapai 80-90 persen. Kalau lancar, target penyelesaiannya paling lambat Rabu atau Kamis minggu ini.
"Kalau ini jadi, maka aliran listrik dari Arun, Bireun, itu baru bisa masuk secara normal dan transmisi untuk jalur Sumatera itu sudah bisa connect," katanya.
Namun begitu, jangan bayangkan begitu gardu induk berfungsi, semua desa langsung terang benderang. Bahlil menegaskan, kondisi di lapangan masih sangat sulit. Infrastruktur tegangan rendah di banyak desa hancur total tiang-tiang tumbang, jalan akses terputus. Bahkan, banjir masih menggenangi beberapa lokasi.
Memaksakan penyaluran listrik dalam kondisi seperti itu, menurutnya, justru berbahaya. Bisa memicu kecelakaan yang tidak diinginkan.
"Karena sebagian desa yang infrastrukturnya masih parah, jalan yang enggak bisa kita masuk, itu pada tegangan rendah tiang-tiangnya jatuh," papar Bahlil.
"Dan ada sebagian desa yang memang masih banjir, masih ada air. Kalau ini kita paksakan untuk dialiri listrik, itu akan berdampak pada kecelakaan di masyarakat."
Jadi, pemulihan total butuh waktu. Tidak hanya sekadar menyalakan saklar, tetapi juga membangun dari nol di tempat-tempat yang memang belum terjamah, sekaligus memperbaiki kerusakan parah yang ditinggalkan bencana.
Artikel Terkait
Prabowo Pacu 2.500 Pusat Gizi Papua Beroperasi Penuh pada Agustus 2026
BRI Lepas Citra Desa, Bidik Nasabah Urban dengan Logo Baru
Jelajah Seru di Ibu Kota: 5 Destinasi Liburan Nataru yang Ramah Anak
PBNU Salurkan Rp1 Miliar dan Ribuan Paket Sembako untuk Korban Bencana Aceh