Kapal yang disita, diduga bernama Skipper, bukanlah nama baru bagi pihak berwenang AS. Kapal ini disebut-sebut telah bertahun-tahun masuk dalam daftar sanksi karena dituduh terlibat dalam jaringan pengiriman minyak ilegal. Jaringan itu, menurut AS, mendanai organisasi teroris di luar negeri.
Lalu, apa yang akan terjadi dengan muatan minyak di dalam kapal raksasa itu? Saat ditanya, Trump menjawab dengan santai namun tegas.
"Yah, kita akan menyimpannya, saya kira," katanya.
Jawaban singkat itu tentu saja tidak meredakan ketegangan. Sebaliknya, ia justru semakin mengukuhkan tuduhan Venezuela bahwa AS telah mengambil alih aset mereka secara paksa. Situasi ini memperlihatkan sekali lagi betapa runyamnya hubungan diplomatik antara kedua negara, dengan minyak selalu menjadi pusat konflik.
Artikel Terkait
Garuda Pertiwi Naik Peringkat, Tapi Jalan di Asia Masih Terjal
OJK: Ekonomi Global Mulai Stabil, Tapi Risiko Fiskal Masih Mengintai
Wings Air Buka Rute Langsung Malang-Lombok, Liburan Akhir Tahun Makin Lancar
Setengah Abad Mengukir Rumah, BTN Tembus Rp504 Triliun KPR