JAKARTA - Hoaks atau kabar bohong ternyata masuk dalam daftar lima besar risiko global menurut World Economic Forum (WEF). Fakta ini diungkapkan oleh Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, Nezar Patria, dalam sebuah kesempatan di Universitas Tarumanegara, Jakarta Barat, Rabu lalu.
Nezar menyampaikan hal tersebut saat berbicara dalam Sindonews Sharing Session, bagian dari acara iNews Media Group Campus Connect (ICC). Menurutnya, misinformasi dan disinformasi kini tumbuh subur di media sosial. Situasi ini mengancam kohesi sosial serta kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Saya kira bukan cuma Indonesia saja yang menghadapi hal ini," ujarnya.
Dia kemudian merujuk pada laporan WEF. "Kalau kita melihat data dari WEF yang mengeluarkan Global Risks Report 2025, menyebutkan bahwa misinformasi dan disinformasi itu masuk dalam Top 5 Global Risks. Kira-kira ada berada di nomor 3 dari 5 itu."
Memang, temuan semacam ini terasa wajar. Apalagi di era sekarang ini, setiap orang bisa dengan mudah memproduksi dan mendistribusikan informasi lewat media sosial. Berbeda sekali dengan media mainstream yang masih punya proses pemeriksaan fakta.
"Tapi di media sosial orang boleh bebas mewartakan apa saja, meng-upload apa saja, men-share informasi yang dia suka dengan berbagai macam motif," tutur Nezar.
Artikel Terkait
Badrodin Haiti Buka Suara soal Eks Polisi yang Bekerja di Korporasi Swasta
Tiga Film Horor yang Sukses Cetak Untung di Tengah Dominasi Laga dan Animasi
Sheila Marcia Buka Kisah di Balik Pola Asuh Baru yang Lebih Melindungi
Sjafrie Tinjau Batalyon di Kalimantan, Fokus pada Pembangunan Teritorial