Sementara itu, Hyundai Motor Group mengumumkan rencana investasi senilai 125,2 triliun won, atau sekitar USD 86,47 miliar, untuk periode 2026 hingga 2030. Nilai investasi ini jauh lebih besar dibandingkan periode sebelumnya, menandakan optimisme grup otomotif ini pasca kesepakatan dagang.
Dampak Kesepakatan Dagang AS-Korsel
Langkah investasi Hyundai ini diambil setelah pemerintah Korea Selatan menyelesaikan kesepakatan dagang dengan AS, yang mencakup penurunan tarif impor mobil Korea Selatan ke AS dari 25 persen menjadi 15 persen. Kondisi yang lebih menguntungkan ini membuka peluang ekspor yang lebih besar.
Strategi dan Alokasi Dana Hyundai
Chairman Hyundai Motor Group, Euisun Chung, menyatakan komitmen grup untuk mendiversifikasi pasar ekspor dan meningkatkan produksi dari pabrik domestik. Mereka menargetkan untuk lebih dari menggandakan ekspor mobil, didorong oleh pabrik kendaraan listrik baru yang akan beroperasi penuh pada 2030. Hyundai juga berkomitmen memberikan dukungan kepada produsen komponen otomotif lokal yang terdampak kebijakan tarif.
Dari total investasi, alokasi dananya adalah sebagai berikut:
- 50,5 triliun won untuk pengembangan AI dan peluang bisnis masa depan.
- 48,4 triliun won dialokasikan ke riset dan pengembangan.
- 36,2 triliun won digunakan untuk optimalisasi fasilitas produksi dan pembangunan gedung pencakar langit.
Pengumuman investasi jumbo ini menegaskan komitmen kedua perusahaan raksasa Korea Selatan dalam mempertahankan kepemimpinan global di bidang teknologi dan otomotif, sekaligus merespons positif iklim perdagangan yang baru terbentuk.
Artikel Terkait
Jordi Cruyff Diincar Ajax Amsterdam: Apa Dampaknya untuk Timnas Indonesia?
Pelatih Mali U-22 Kagum, Sebut Masa Depan Timnas Indonesia U-22 Sangat Cerah
Rugaiya Usman Wiranto Meninggal Dunia: Kronologi Sakit & Rencana Pemakaman di Delingan
Evaluasi Timnas Indonesia U-22 Usai Kalah dari Mali: Fokus pada Komunikasi dan Disiplin