Keraguan ini, menurut analisis Kolonel Chandra, berakar dari sejarah masa lalu ayah Gibran, Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Ada keraguan dari Prabowo terkait penempatan Gibran di Papua karena latar belakang masa lalu ayahnya, Jokowi, yang pernah membawa dokumen referendum Papua Barat ke Brisbane pada tahun 2014," paparnya.
Insiden historis ini diinterpretasikan sebagai jejak 'pengkhianatan' yang membuat Prabowo berpikir dua kali untuk menyerahkan wilayah strategis dan sensitif seperti Papua kepada Gibran.
Ini menciptakan tarik-ulur antara kebutuhan politik pragmatis dan kekhawatiran akan loyalitas yang dibayangi sejarah.
Karakter Prabowo Berubah, Tekanan Jokowi Menguat?
Situasi pelik ini diperparah oleh dugaan adanya perubahan karakter pada diri Prabowo.
Sosok yang dikenal tegas dan percaya diri kini dinilai lebih peragu dalam mengambil keputusan krusial.
"Ada perubahan karakter pada Prabowo yang kini terlihat lebih peragu dibandingkan masa lalunya yang overconfident," ujar Chandra.
Keraguan ini, lanjutnya, tidak muncul dari ruang hampa.
Ada tekanan kuat yang diduga datang dari lingkaran kekuasaan sebelumnya, terutama dari pihak Jokowi, yang pengaruhnya dianggap masih signifikan.
"Prabowo dinilai ragu-ragu dalam mengambil tindakan tegas terhadap berbagai persoalan, termasuk isu hukum dan kinerja menteri, karena adanya tekanan, terutama dari pihak Jokowi," tegasnya.
Jika Prabowo gagal mengambil sikap tegas dan terus berada dalam bayang-bayang dilema ini, risikonya tidak main-main.
Kolonel Chandra memperingatkan bahwa posisi Prabowo bisa menjadi bumerang di kemudian hari.
"Ia berpotensi menghadapi hambatan di 2029".
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Jebakan Utang Kereta Cepat Warisan Jokowi: Ancaman Nyata yang Wajib Diwaspadai Pemerintah
Raja Juli Bongkar Isu Ijazah Asli Saat Pidato di Depan Jokowi, Apa yang Terjadi?
Jokowi Ogah Lengser? Ini 5 Alasan yang Bikin Heboh!
Gibran Buka Suara soal Ijazah SMA, Ini Faktanya!