Advokat Solo Ungkap Hasil Temuan: Ijazah Jokowi Beda Sendiri, Tak Ada Nama SMA 6!

- Rabu, 23 April 2025 | 14:00 WIB
Advokat Solo Ungkap Hasil Temuan: Ijazah Jokowi Beda Sendiri, Tak Ada Nama SMA 6!




MURIANETWORK.COM - Advokat senior asal Solo, Muhammad Taufiq, turut menyoroti polemik dugaan ijazah palsu mantan Presiden Jokowi yang belakangan ramai diperbincangkan publik.


Taufiq menilai ada sejumlah kejanggalan dalam data yang tertera di situs resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) saat Jokowi mencalonkan diri sebagai presiden.


“Kita riset di beberapa tempat, salah satunya ketika kita membuka web KPU, semua data capres itu ada. Pak Jokowi gak ada tiba-tiba,” kata Taufiq dalam sebuah wawancara yang videonya saat ini viral di X.


Ia menyebut, data riwayat pendidikan capres lain seperti Prabowo Subianto tercantum lengkap, mulai dari SD hingga jenjang pendidikan selanjutnya. Namun, hal itu tidak ditemukan pada profil Jokowi.


“Jadi CV dia di KPU itu tidak ada. Pak Prabowo ada pada 2019 itu ada. Dia mulai pendidikan SD, SMP, ada. Pak Jokowi gak ada,” tegas Taufiq.


Lebih lanjut, Taufiq mengklaim memiliki temuan baru berupa ijazah pembanding yang disebutnya sebagai asli, serta adanya perbedaan nomenklatur sekolah pada dokumen milik Jokowi.


“Kita mendapatkan ijazah pembanding yang asli. Teman sekolah Pak Jokowi tidak ada kata-kata SMA 6. SMPP (Sekolah Menengah Persiapan Pembangunan),” bebernya.


Taufiq bilang, kejanggalan ini tidak bisa dianggap remeh. 


Ia bahkan mengaku memahami konteks sekolah yang disebut karena pada saat itu dirinya telah menginjak bangku SMP kelas dua.


“Saya mengerti benar karena saat itu saya telah duduk di bangku SMP kelas 2,” tandasnya.


Meski begitu, Taufiq menegaskan bahwa bukti-bukti yang dikumpulkan tidak akan ia publikasikan lebih lanjut sebelum disampaikan dalam proses persidangan.


Kasus ini pun semakin menambah panas perdebatan di tengah masyarakat yang menyoroti keabsahan dokumen pendidikan Presiden Jokowi.


👇👇


TAGS


Sebelumnya, sorotan juga datang dari seorang alumni Universitas Gadjah Mada (UGM), Fakultas Hukum angkatan 1982, bernama Lukman.


Lukman menegaskan bahwa pembuktian paling sederhana terkait keabsahan status akademik Jokowi bisa dilakukan melalui data pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN), yang merupakan bagian wajib dari proses pendidikan di UGM.


“Kalau memang Bapak Jokowi pernah kuliah di Fakultas Kehutanan UGM dan lulus bergelar insinyur, tolong dibuka di mana dia melaksanakan KKN,” kata Lukman dikutip dari unggahan akun x @regar_0posisi (22/4/2025).


Ia menyebutkan bahwa masa KKN biasanya berlangsung selama tiga bulan, dan pengalaman tersebut akan selalu membekas bagi para mahasiswa karena menjadi bagian penting dari tahapan kelulusan.


"Itu saja cukup, yang lain saya tidak mempedulikan, mau ijazah ilang, asli, palsu. Kalau KKN itu rata-rata tiga bulan pak,” tukasnya.


Lebih lanjut, Lukman menyatakan bahwa tidak mungkin seorang lulusan UGM melupakan lokasi atau pengalaman saat menjalani KKN.


Ia juga menyebut nama seorang akademisi UGM sebagai tokoh penting dalam merumuskan kewajiban KKN di kampus tersebut.


“Tolong buka aja itu dan pasti ingat, tidak mungkin lupa itu. Karena ini wajib hukumnya yang dicetuskan oleh salah satunya Bapak Prof Kusnaldi, kebetulan pembimbing saya juga dulu,” kuncinya.


👇👇


TAGS2


Sumber: Fajar

Komentar

Artikel Terkait

Rekomendasi

JOKO Widodo alias Jokowi sudah lengser. Tak lagi punya kekuasaan. Presiden bukan, ketua partai juga bukan. Di PDIP, Jokowi pun dipecat. Jokowi dipecat bersama anak dan menantunya, yaitu Gibran Rakabuming Raka dan Bobbby Nasution. Satu paket. Anak bungsu Jokowi punya partai, tapi partainya kecil. Yaitu Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Partai gurem ini tidak punya anggota di DPR RI. Di Pemilu 2024, partai yang dipimpin Kaesang ini memperoleh suara kurang dari empat persen. Pada posisi seperti ini, apakah Jokowi lemah? Jangan buru-buru menilai bahwa Jokowi lemah. Lalu anda yakin bisa penjarakan Jokowi? Sabar! Semua ada penjelasan ilmiahnya. Semua ada hitung-hitungan politiknya. Manusia satu ini unik. Lain dari yang lain. Langkah politiknya selalu misterius. Tak mudah ditebak. Publik selalu terkecoh dengan manuvernya. Anda tak pernah menyangka Gibran jadi walikota, lalu jadi wakil presiden sebelum tugasnya sebagai walikota selesai. Anda tak pernah menyangka Kaesang jadi ketum PSI. Prosesnya begitu cepat. Tak ada yang prediksi Airlangga Hartarto mundur mendadak dari ketum Golkar. Anda juga tak pernah menyangka suara PDIP dan Ganjar Pranowo dibuat seragam yaitu 16 persen di Pemilu 2024. Persis sesuai yang diinginkan Jokowi. Anda nggak pernah sangka UU KPK direvisi. UU Minerba diubah. Desentralisasi izin tambang diganti jadi sentralisasi lagi. Omnibus Law lahir. IKN dibangun. PIK 2 jadi PSN. Bahkan rektor universitas dipilih oleh menteri. Ini out of the box. Nggak pernah ada di pikiran rakyat. Tapi, semua dengan begitu mudah dibuat. Mungkin anda nggak pernah berpikir mobil Esemka itu bodong. Anda juga nggak pernah menyangka ketua FPI dikejar dan akan dieksekusi oleh aparat di jalanan. Juga nggak pernah terlintas di pikiran ada Panglima TNI dicopot di tengah jalan. Ini semua adalah langkah out of the box. Tak pernah terlintas di kepala anda. Di kepala siapa pun. Ketika anda berpikir Jokowi melemah pasca lengser, ternyata orang-orang Jokowi masuk kabinet. Jumlahnya masih cukup banyak dan signifikan. Ketua KPK, Jaksa Agung dan Kapolri sekarang adalah orang-orang yang dipilih di era Jokowi. Ketika anda tulis Adili Jokowi di berbagai tempat, Kaesang, anak Jokowi justru pakai kaos putih bertuliskan Adili Jokowi. Pernahkah Anda menyangka ini akan terjadi? Teriakan Adili Jokowi kalah kuat gaungnya dengan teriakan Hidup Jokowi. Ini tanda apa? Jelas: Jokowi masih kuat dan masih punya kesaktian. Semoga pemimpin zalim seperti Jokowi Allah hancurkan. inilah doa sejumlah ustaz yang seringkali kita dengar. Apakah Jokowi hancur? Tidak! Setidaknya hingga saat ini. Esok? Nggak ada yang tahu. Dan kita bukan juru ramal yang pandai menebak masa depan nasib orang. Kalau cuma 1.000 sampai 2.000 massa yang turun ke jalan untuk adili Jokowi, nggak ngaruh. Ngaruh secara moral, tapi gak ngaruh secara politik. Beda kalau satu-dua juta mahasiswa duduki KPK, itu baru berimbang. Emang, selain 1998, pernah ada satu-dua juta mahasiswa turun ke jalan? Belum pernah! Massa mahasiswa, buruh dan aktivis saat ini belum menemukan isu bersama. Isu Adili Jokowi tidak terlalu kuat untuk mampu menghadirkan satu-dua juta massa. Kecuali ada isu lain yang menjadi triggernya. Contoh? Gibran ngebet jadi presiden dan bermanuver untuk menggantikan Prabowo di tengah jalan, misalnya. Ini bisa memantik kemarahan massa untuk terkonsentrasi kembali pada satu isu. Contoh lain: ditemukan bukti yang secara meyakinkan mengungkap kejahatan dan korupsi Jokowi, misalnya. Ini bisa jadi trigger isu. Ini baru out of the box vs out of the box. Tagar Adili Jokowi bisa leading. Kalau cuma omon-omon, ya cukup dihadapi oleh Kaesang yang pakai kaos Adili Jokowi. Demo Adili Jokowi lawannya cukup Kaesang saja. Jokowi terlalu tinggi untuk ikut turun dan menghadapinya. Sampai detik ini, Jokowi masih terlalu perkasa untuk dihadapi oleh 1.000-2.000 massa yang menuntutnya diadili. rmol.id *Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

Terkini