Akibatnya, gambaran mengerikan dari lapangan tak sampai ke media sosial. Tak ada yang viral. Padahal, keadaannya sungguh memilukan.
Ia menggambarkan betapa warga hanya bisa bertahan di atap rumah atau bangunan ibadah, menunggu pertolongan yang tak kunjung datang berjam-jam lamanya. Ismail bahkan mengaku sempat menangis meminta bantuan pesawat untuk mengirim logistik ke daerah terpencil seperti Serah Raja dan Dusun Selemah.
Dan ini yang mengejutkan: menurutnya, dampak banjir ini lebih dahsyat daripada tsunami. Di beberapa kampung, arus deras membelah permukiman dan menciptakan muara-muara baru. Satu desa bisa punya lima sampai tujuh muara baru. Banyak rumah yang hilang tak berbekas.
Di sisi lain, pemerintah pusat lewat Satgas Bencana berjanji akan mempercepat pemulihan. DPR RI juga menyepakati sejumlah langkah prioritas, seperti memperbaiki jaringan listrik, fasilitas publik, dan membuka akses logistik ke daerah terisolir.
Ismail berharap suaranya yang lantang itu tak dianggap sebagai sekadar kritik. Itu adalah jeritan warga Aceh Utara yang, selama ini, terasa berjuang sendirian di tengah kesunyian.
Artikel Terkait
Helikopter Prabowo untuk Aceh: Mengapa Tak Tercatat di LHKPN?
Malam Tahun Baru Jakarta 2026: Drone dan Delapan Panggung Hiburan Gantikan Kembang Api
Sabotase di Jembatan Bailey Bireun Picu Kecaman Keras KSAD
Tiga Nyawa Melayang, Luka di Leher dan Pisau Jadi Petunjuk Awal di Situbondo