"Ini konsep penegakan hukum andalan kita. Untuk balikkan mindset, dari sekadar berlalu lintas jadi lalu lintas yang berbudaya," tambahnya.
Lalu, Dari Mana Klaim Kemacetan Turun?
Meski volume kendaraan membengkak dan angka kecelakaan masih tinggi banyak disebabkan pelanggaran Komarudin punya cerita lain. Rahasianya ada di ribuan kamera yang tersebar di sudut-sudut kota, yang tak cuma merekam pelanggaran tapi juga memantau arus lalu lintas secara real-time.
Programnya bernama 'Mandala Quick Response', hasil kolaborasi dengan Pemprov DKI. Intinya, ribuan CCTV itu dipantau dari posko kendali terpadu oleh petugas gabungan Polri, Dishub, Satpol PP untuk mendeteksi titik padat dan darurat.
"Pemanfaatannya terbukti mampu mengurai kemacetan. Kita pantau ruas jalan yang padat, lalu dengan cepat geser personel ke titik yang butuh penanganan segera," jelas Komarudin.
Dampaknya, klaimnya, signifikan. Program ini disebut berhasil menurunkan tingkat kemacetan Jakarta di tahun 2025.
"Dengan aplikasi ini, respons kita lebih cepat. Bisa satu jam lebih awal mengembalikan masyarakat ke rumah masing-masing. Alhasil, Jakarta bisa mulai kita urai kepadatannya lebih cepat, sekitar pukul 20.30 sampai 21.30," pungkasnya.
Jadi, di balik angka pertumbuhan kendaraan yang mengkhawatirkan, ada klaim optimis dari polisi lalu lintas. Teknologi dan respons cepat, katanya, jadi penawar bagi kemacetan kronis ibu kota.
Artikel Terkait
Kejagung Ambil Alih Kasus Izin Tambang di Hutan Lindung Konawe Utara
Kapolda Metro Jaya Soroti Peran Polri: Tak Hukum Saja, Tapi Juga Peduli Sosial
Pilkada Lewat DPRD Punya Pijakan Konstitusi, Kata Ketua Komisi II
Surat Wasiat dan Dugaan Pelecehan: Misteri di Balik Kematian Mahasiswi Unima