Seiring ramainya wisata, tantangan baru muncul. Bagaimana menjaga ekosistem yang justru jadi daya tarik itu? Di sinilah pendampingan itu bekerja. Masyarakat mulai memproduksi pupuk organik dari kotoran kelelawar yang hidup di karst. Ide cerdas ini bukan cuma menjaga kesuburan tanah, tapi juga membuka usaha baru yang selaras dengan alam, berkolaborasi dengan Kelompok Sadar Wisata setempat.
Dampak ekonominya nyata. Dulu, penghasilan rata-rata dari wisata hanya sekitar Rp 12 juta per bulan. Kini, angka itu melonjak jadi Rp 32 juta per bulan. Peningkatan ini sejalan dengan membanjirnya wisatawan, baik lokal maupun asing, yang datang menikmati keunikan Rammang-Rammang.
Di sisi lain, aspek kesehatan juga mendapat perhatian serius. Warga kini punya akses lebih baik lewat Program Kartu Masyarakat Sehat Berseri Astra. Program ini jadi alat pemantauan kesehatan yang dilengkapi pemeriksaan rutin. Bahkan, ada layanan kesehatan keliling menggunakan perahu jolloro untuk menjangkau mereka yang tinggal di area perairan.
Kesadaran akan bencana pun tak ketinggalan. Melalui Program Kampung Aman Tangguh, warga dibekali pengetahuan lengkap. Mulai dari mitigasi sebelum bencana, cara menanganinya saat terjadi, hingga proses pemulihan pasca-bencana. Edukasi praktis seperti menghadapi banjir, menyiapkan barang penting, dan prosedur evakuasi aman, kini jadi bekal berharga.
Komitmen Astra, melalui kisah-kisah seperti yang digerakkan Zainal Abidin, ingin terus bergerak bersama para penggerak di pelosok negeri. Semua itu sejalan dengan cita-cita mereka untuk Sejahtera Bersama Bangsa dan mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan.
Artikel Terkait
Kajari Bangka Tengah Tersandung Kasus Korupsi Dana Baznas Rp840 Juta
KPK Geledah Rumah Dinas Bupati, Sita Rp 400 Juta Terkait Kasus Wahid
Pujian dari Doha: Diplomasi Indonesia Disebut Naik Kelas di Bawah Sugiono
Polwan Jakarta Pusat Kirim Motor Roda Tiga untuk Bantu Medan Berat Tapsel