Lalu, bagaimana buku setebal 2.300 halaman ini bisa disusun? Prosesnya dikoordinasi Sesditjen PHU M Arfi Hatim, bekerja sama dengan tim dari UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten. Waktunya singkat, dikerjakan selepas musim haji usai dengan penulis utama Hilman Latief dan kawan-kawan.
Untuk penyuntingan dan pengemasannya, dipercayakan kepada dua nama: Hadi Rahman dan Oman Fathurahman. Oman sendiri bukan nama baru, dia filolog ternama yang pernah menjadi editor buku 'Naik Haji di Masa Silam'.
"Ini boleh jadi merupakan buku paling tebal tentang haji Indonesia yang isinya komprehensif," kata M Arfi dengan nada bangga.
Dia menegaskan, buku ini disusun berdasarkan sumber primer milik Kemenag dan referensi-referensi kredibel lainnya. Intinya, karya ini memenuhi standar akademik yang ketat.
Strukturnya dibagi dalam tiga jilid. Jilid pertama, 'Dari Masa ke Masa', berisi narasi kronologis dari tahun 1950 hingga 2025. Jilid kedua bertema 'Ekosistem dan Kebijakan', berisi analisis tematik sejumlah kebijakan selama 75 tahun. Sementara jilid ketiga, 'Adaptasi dan Inovasi', mengupas perjalanan inovasi dalam penyelenggaraan ibadah haji.
M Arfi menjelaskan, "Tiga jilid buku itu masing-masing punya sudut pandang, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan." Sebuah warisan pengetahuan yang ditinggalkan untuk generasi mendatang.
Artikel Terkait
Lasarus Desak Pemerintah Terima Bantuan Asing untuk Korban Bencana Sumatera
LDII dan Dinas KPKP DKI Bahas Urban Farming dan Tata Kurban
KPK Periksa Ulang Yaqut, Usai Tim Penyidik Pulang dari Arab Saudi
Pengacara Bantah Keras Nadiem Diuntungkan Rp 809 Miliar dari Proyek Chromebook