Meski berat, ada secercah harapan. Bupati Masinton Pasaribu menyebut kondisi mulai membaik, meski perlahan.
"Listrik dan internet sudah menyala, walau terbatas. Pasokan BBM juga mulai lancar," katanya.
Tapi ia mengingatkan, pengawasan ketat tetap diperlukan agar tidak ada spekulan yang memanfaatkan situasi.
Masa tanggap darurat pun diperpanjang untuk memaksimalkan penanganan. Saat ini, masih ada sembilan desa yang terisolasi. Aksesnya sulit, hanya bisa dijangkau dengan jalan kaki atau bantuan udara.
"Kami butuh penanganan cepat untuk air bersih," tambah Masinton.
"Instalasinya rusak total, dari hulu sampai jaringan ke rumah warga."
Sektor pendidikan juga terdampak parah. Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat, menyebut sekitar 5.000 ruang kelas di Sumut rusak akibat bencana.
"Yang mendesak adalah memastikan siswa bisa kembali belajar," jelasnya.
"Untuk kerusakan ringan, akan dibersihkan. Yang sedang dan berat akan segera diperbaiki, bahkan direlokasi jika diperlukan agar lebih aman."
Secara total, MPR RI telah menyalurkan 15.000 paket bantuan kemanusiaan yang dibagi ke Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Masing-masing dapat 5.000 paket. Bantuan ini mungkin tak seberapa dibanding kebutuhan yang ada. Tapi Muzani berharap, kehadiran dan perhatian pemerintah pusat bisa sedikit meringankan beban dan memberi semangat bagi warga yang sedang berjuang.
Artikel Terkait
BMKG Peringatkan Gelombang Tinggi Ancam Perairan Sumatera Utara
Dua Mata Elang Diamankan Usai Amuk dan Rampas STNK di Depok
Drone Serang Rumah Sakit Militer di Sudan, Tujuh Warga Sipil Tewas
Gempa Magnitudo 4,7 Guncang Perairan Sabang, BMKG: Data Masih Bisa Berubah