Di Balik Reruntuhan Aceh, 100 Ribu Jiwa Masih Bertahan Tanpa Hunian Tetap

- Sabtu, 13 Desember 2025 | 16:50 WIB
Di Balik Reruntuhan Aceh, 100 Ribu Jiwa Masih Bertahan Tanpa Hunian Tetap

Langit masih kelabu di Aceh, sisa-sisa amukan banjir bandang yang memorak-porandakan wilayah itu. Di tengah kondisi yang masih carut-marut, Ketua MPR RI Ahmad Muzani turun langsung menyerahkan bantuan. Tak tanggung-tanggung, sebanyak 5.000 paket berisi sembako dan obat-obatan disalurkan untuk meringankan beban warga. Menurut Muzani, situasi pascabencana ini masih sangat memprihatinkan dan butuh uluran tangan dari banyak pihak.

Dalam kunjungannya, Muzani tidak sendirian. Ia didampingi sejumlah pejabat, seperti Wakil Ketua MPR Abcandra Akbar, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Atip Latipulhayat, serta Wakil Menteri Kesehatan Benny Oktavianus. Mereka bersama-sama melihat dari dekat dampak bencana yang terjadi.

Bantuan untuk Aceh ini sebenarnya bagian dari program yang lebih besar. MPR RI sendiri menyalurkan total 15 ribu paket ke tiga provinsi yang terdampak, yaitu Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Masing-masing dapat jatah 5.000 paket. Nah, untuk Aceh, distribusinya dibagi: 2.000 paket di Aceh Utara, 2.000 paket lagi di Aceh Tamiang, dan sisanya 1.000 paket untuk wilayah Aceh Timur.

Dari pantauan lapangan, gambaran yang muncul sungguh suram. Ahmad Muzani menyebutkan, seluruh wilayah Aceh Utara terkena imbasnya. Parahnya, 25 dari total 27 kecamatan di kabupaten itu mengalami kerusakan yang berat. Hanya dua kecamatan yang kerusakannya tergolong ringan.

Ujar Muzani usai melakukan peninjauan. Imbasnya, lebih dari seratus ribu orang terpaksa mengungsi. Dan ini yang jadi persoalan: sebagian besar dari mereka belum mendapat tempat di hunian sementara. Mau tak mau, mereka numpang tinggal di rumah saudara, gedung sekolah, atau masjid-masjid yang lokasinya lebih tinggi dan selamat dari banjir.

"Kondisi mereka saat ini sangat memprihatinkan," ungkapnya dengan nada prihatin. Rumah-rumah hancur, sawah dan ladang rusak, hewan ternak banyak yang mati. Bahkan, ada pula korban jiwa dan yang masih hilang. Secara psikologis, warga seperti kehilangan semangat untuk melanjutkan hidup.


Halaman:

Komentar