Mereka bahkan mengerahkan dua pesawat angkut khusus. Sekitar 3,8 ton logistik mulai dari makanan, obat, genset, hingga perangkat WiFi portabel dibawa untuk menjaga distribusi dan konektivitas di zona bencana. Tugas lain yang krusial: memperbaiki akses jalan dan mencegah potensi kerusuhan atau kriminalitas di tengah kepanikan.
Lantas, di mana peran intelijen? Ini bagian yang sering tak terlihat, tapi vital. BIN aktif memastikan bantuan tepat sasaran dan aman. Jaringannya di Aceh, Sumut, dan Sumbar dimaksimalkan untuk memonitor ancaman, memetakan risiko, serta mengawal distribusi. Semua data dan analisis risikonya disuplai ke pusat sebagai bahan pertimbangan kebijakan.
Fungsi peringatan dini terhadap bencana susulan atau kerawanan sosial juga dipegang mereka. Harapannya, setiap keputusan taktis bisa diambil berdasarkan informasi yang akurat, bukan sekadar asumsi.
Menariknya, kolaborasi ini dirancang bukan cuma untuk tanggap darurat. Menko Polkam menegaskan, kerja sama TNI, Polri, dan BIN akan berlanjut hingga fase pemulihan jangka menengah dan stabilisasi pascabencana.
“Soliditas ini adalah wajah negara di saat rakyat sedang dalam kondisi paling rentan,” ujar Djamari.
“Kami memastikan bahwa bantuan tidak hanya cepat sampai, tetapi juga tepat sasaran, aman, dan berkelanjutan.”
Di akhir, ia berpesan. Masyarakat diminta tak gampang terprovokasi narasi negatif di media sosial. Solidaritas nasional dan kepercayaan pada kerja-kerja kemanusiaan di lapangan, kata dia, adalah modal terbesar untuk melewati masa sulit ini bersama-sama.
Artikel Terkait
Hun Sen: Kesabaran Kami Habis, Serang Semua Titik!
Jembatan Darurat di Agam Hanyut, Polisi Sumbar-Riau Gotong Royong Bangun Kembali
Permintaan Maaf Bupati Aceh Selatan Tak Menghalangi Desakan Sanksi Berat
Gubernur Pramono Anung Bebaskan Sewa Rusun Jagakarsa, Warga Relokasi Menangis Haru