"Kami temukan beberapa kategori," terang Irhamni. "Ada kayu hasil gergajian, ada yang tercabut pakai alat berat, ada juga yang dari longsor dan pengangkutan loader."
Isu tentang pembukaan lahan di hulu sebenarnya sudah mencuat sebelumnya. Menteri Lingkungan Hidup setempat, Hanif Faisol Nurofiq, pernah menyoroti satu perusahaan perkebunan sawit. Menurutnya, perusahaan itu membuka lahan sekitar 200 hektare di area hulu Sungai Garoga.
Hanif meyakini, aktivitas itu turut memperparah aliran permukaan saat hujan deras mengguyur. "Yang runtuh itu kontribusinya besar," katanya dalam sebuah wawancara, Sabtu (6/12).
Namun begitu, ia menekankan perlunya penghitungan dan analisis lebih mendalam, membandingkan data satelit dengan kondisi di lapangan yang sebenarnya.
Bencana itu sendiri dampaknya sungguh parah. Desa Garoga disebut-sebut hilang tertimbun. Rumah-rumah warga terkubur di bawah tanah dan tumpukan kayu gelondongan yang ikut menghanyutkan segalanya.
Sekarang, semua mata tertuju pada penyelidikan itu. Apakah perusahaan yang dimaksud benar menjadi pemicu? Jawabannya masih digali dari tumpukan kayu bukti dan jejak di hulu sungai.
Artikel Terkait
Bang Kent Desak Pemprov DKI Tingkatkan Kewaspadaan, Ancaman Banjir Musim Hujan Kian Nyata
Bang Kent Desak Pemprov DKI Tingkatkan Kewaspadaan, Banjir Bukan Sekadar Masalah Musiman
Korban Wedding Organizer Ayu Puspita Berbondong-bondong ke Polres Jakut
Kades Diduga Sikutan Tokoh Agama Usai Pengajian di Madiun