Kritik Erdogan ini muncul di saat yang genting. Ukraina sendiri sedang menghadapi tekanan berat, baik secara militer maupun politik. Di saat bersamaan, upaya negosiasi yang dipimpin AS untuk mengakhiri perang ini juga semakin intens.
"Kami sudah mengeluarkan peringatan ke pihak-pihak terkait. Kami juga memantau perkembangan secara ketat, dengan tujuan mengakhiri konflik. Siap berkontribusi di setiap kesempatan," ujar Erdogan lagi.
Soal kedua kapal itu, Kairos dan Virat yang berbendera Gambia, mereka memang bukan kapal biasa. Kapal-kapal ini masuk dalam sanksi Barat karena diduga jadi bagian dari 'armada bayangan' Rusia. Fungsinya? Untuk mengakali pembatasan ekspor minyak Moskow.
Posisi Turki dalam konflik ini memang unik. Mereka berusaha menjaga hubungan dengan Moskow dan Kyiv sekaligus. Turki sering menawarkan diri sebagai mediator netral untuk negosiasi. Belum lagi peran strategisnya: mereka menguasai Selat Bosporus, jalur vital yang menghubungkan Laut Hitam ke Mediterania. Lewat selat inilah gandum Ukraina dan minyak Rusya lalu-lalang.
Artikel Terkait
Trump Desak Israel Jaga Stabilitas Suriah Pasca-Serangan Mematikan
Lewotobi Laki-laki Masih Siaga, Gempa dan Asap Tebal Tanda Magma Bergerak
Di Balik Panggung Penghargaan, Menag Salurkan Rp 155 Miliar untuk Korban Bencana
Remaja Tewas Diterkam Singa Setelah Memanjat Masuk Kandang di Kebun Binatang Brasil