Banjir bandang yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat benar-benar menghancurkan. Dampaknya luar biasa. Bukan cuma rumah-rumah yang rusak atau korban jiwa yang berjatuhan, tapi setelah air surut pun penderitaan belum berakhir. Akses jalan putus, komunikasi terputus, membuat ribuan korban terisolasi dan hidup dalam ketidakpastian.
Di tengah situasi sulit ini, upaya pemulihan, terutama untuk sektor pendidikan, mulai digeber. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menegaskan bahwa kegiatan belajar harus tetap berjalan meski di tengah bencana.
“Kami sudah melakukan mitigasi dan melakukan pemetaan, tidak hanya Aceh dan Sumatera Utara, tetapi juga di beberapa tempat di Jawa Timur, dan Jawa Tengah,” jelasnya dalam sebuah keterangan tertulis, Senin (1/12).
Menurutnya, langkah tanggap darurat sudah diambil. Tenda-tenda darurat didirikan di sejumlah lokasi terdampak.
“Serta mengalokasikan dana untuk tanggap darurat tahap pertama lebih dari Rp 4 miliar,” tambahnya.
Sementara itu, dari sisi logistik bantuan, Sekretaris Jenderal Kemendikdasmen Suharti menyebut pihaknya masih menunggu data kebutuhan yang akurat dari lapangan. Tujuannya jelas: agar bantuan yang dikirim tepat sasaran dan benar-benar dibutuhkan.
“Kami menunggu info datanya, jika sudah ada maka bisa kami proses pengirimannya. Kami juga terus berkoordinasi dengan Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB),” kata Suharti.
Artikel Terkait
Ibas Pacitan: Dari Jalan Rusak hingga Atap Bocor, Ini Prioritas Pembangunannya
Tito Tegaskan Penanganan Bencana Sumatera Sudah Setara Skala Nasional
Deru Alat Berat dan Semangat Gotong Royong Wujudkan Harapan di Agam Pascabanjir
Logistik Menipis, 21 Ribu Pengungsi Aceh Singkil Terancam Kelaparan