“Namanya penanggulangan ini harusnya bukan hanya menanggulangi setelah terjadi bencana Pak, harusnya juga teman-teman di sana bekerja, melakukan pekerjaan bagaimana supaya bencana itu tidak terjadi di lokasi itu,” kritik Lasarus.
“Ditanggulangi lebih dini gitu lah, antisipasi, ya mengantisipasi dini ini juga bagian dari menanggulangi Pak sebelum terjadi bencana,” imbuhnya.
Penjelasan BMKG: Hujan Ekstrem dan Ancaman Siklon
Merespons hal itu, Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani pun angkat bicara. Dia menerangkan, hujan ekstrem telah melanda sejak 25 hingga 27 November lalu. Volumenya sungguh di luar nalar.
“Tertangkap curah hujan pada 25 November, 26 November, hingga 27 November itu sampai hitam warnanya, itu sangat ekstrem. Bahkan tertinggi ada yang 411 mm per hari di Kabupaten Bireuen. Ini bahkan lebih tinggi dari hujan bulanan di sana, mungkin 1,5 bulan ya,” papar Teuku.
“Jadi ini tumpah dalam satu hari dan bayangkan itu terjadi selama 3 hari. Nah ini yang menyebabkan bencana hidrometeorologi memang sangat masif terjadi karena tanah kemudian tidak mampu atau lahan tidak mampu dalam menahan tumpahan air hujan yang demikian banyak hingga terjadilah banjir bandang, longsor, dan banjir ya,” sambungnya, menggambarkan betapa bumi tak lagi sanggup menyerap.
Dia juga menyebut catatan serupa di Sumatera Utara, seperti di Langkat dengan 390 mm per hari. Intinya, kata kuncinya adalah siklon tropis fenomena yang tidak lazim di daerah tropis seperti Indonesia.
“Sehingga tadi dalam rakor di Kemendagri, kami bersama Kepala BNPB dan Basarnas itu mendapat arahan, bahwa sudah saatnya Indonesia juga bersiaga terhadap bencana siklon tropis, tidak hanya bencana-bencana hidrometeorologi yang selama ini kita kenal,” jelas Teuku.
Tak berhenti di situ, dia juga mengingatkan ancaman ke depan. Periode November hingga Februari mendatang, bibit siklon berpotensi muncul di perairan selatan Indonesia. Wilayah yang mesti siaga membentang luas: dari Bengkulu, Sumatera bagian selatan, pesisir selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, hingga Maluku dan Papua.
“Ini adalah daerah-daerah yang rawan terjadinya bibit siklon yang dapat berkembang menjadi siklon tropis. Tentunya akan ada ancaman curah hujan tinggi, bencana hidrometeorologi, dan juga gelombang tinggi,” pungkasnya, menutup peringatan yang terasa begitu menggentarkan.
Artikel Terkait
Permintaan Maaf Perdana Menteri Anutin di Tengah Duka Banjir Thailand Selatan
Prabowo Turun Langsung, Tinjau Pemulihan Pascabanjir di Sumatera Barat
Pedang dan Amarah di Pondok Indah: Polisi Buru Pengendara yang Ancam Pengguna Jalan
Uang Saku Magang Nasional Telat Cair? Ini Penyebab dan Solusinya