DPR Soroti Anomali Bencana Sumatera: Hujan Sebulan Tumpah dalam Sehari

- Senin, 01 Desember 2025 | 16:35 WIB
DPR Soroti Anomali Bencana Sumatera: Hujan Sebulan Tumpah dalam Sehari

Hari ini, Komisi V DPR menggelar rapat kerja yang cukup mendesak. Mereka memanggil pimpinan Basarnas dan BMKG untuk membedah bencana dahsyat yang melanda kawasan utara Sumatera. Lasarus, sang Ketua Komisi V, langsung menyoroti keanehan peristiwa ini. Menurutnya, ada yang tidak biasa. Curah hujan yang biasanya turun sebulan penuh, ternyata hanya mengguyur dalam waktu satu hari saja.

“Paling tidak Basarnas bisa menyampaikan sejauh mana upaya operasi pencarian yang dilakukan, terutama untuk 300 lebih korban yang masih belum ditemukan sampai hari ini.”

“Demikian juga BMKG nanti juga turun disampaikan Pak ya. Ini fenomena apa ini?” tegas Lasarus dalam rapat di Senayan, Senin (1/12/2025).

Politikus PDIP itu terus menekankan soal anomali. Bencana banjir dan longsor memang kerap terjadi, tapi yang satu ini lain cerita. Skala korbannya masif, nyaris tak tertandingi.

“Sering Pak kita mengalami banjir, tanah longsor. Tapi, menurut saya kejadian kali ini di Aceh, kemudian di Sumut, dan di Sumatera Barat ini menurut saya ini anomali Pak,” ujarnya.

“Anomali masuk kategori kejadian yang luar biasa, dengan korban 700 hampir 800 orang yang meninggal plus yang masih hilang, sampai hari ini,” sambung Lasarus, mempertegas keprihatinannya.

Rasa penasaran itu mendorongnya meminta penjelasan rinci dari BMKG. Di tengah rapat, terjadi diskusi singkat namun penting antara Lasarus dan Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, tentang hujan ‘sebulan dalam sehari’ itu.

“Saya yakin Pak, masyarakat pasti tidak monitor ini bahwa ada siklon tropis yang terperangkap di apa namanya di atas Sumatera ini sehingga hujan tumpah di situ semua. Tadi Kepala BMKG sempat menyampaikan kepada saya, itu hujan untuk satu tahun Pak ya?” tanya Lasarus.

“Satu bulan,” jawab Teuku singkat.

“Hujan untuk satu bulan hanya tumpah dalam satu hari. Jadi volume hujan satu bulan tumpah dalam satu hari. Nah ini kan juga fenomena yang harusnya, apakah teknologi kita, peralatan kita sudah bisa mendeteksi ini sehingga masyarakat ada kewaspadaan,” lanjut Lasarus.

Bagi dia, tugas lembaga seperti Basarnas dan BMKG tidak boleh berhenti di pemberian informasi. Harus ada langkah antisipasi yang lebih proaktif, jauh sebelum bencana bertambah parah.


Halaman:

Komentar