Sementara itu, di provinsi Gia Lai dan Dak Lak bagian tengah, aksi penyelamatan berlangsung dengan penuh tekanan. Tim penyelamat yang menggunakan perahu terpaksa membuka paksa jendela dan bahkan memecahkan atap rumah untuk menolong warga yang terdampar. Adegan dramatis ini terjadi pada hari Rabu, seperti yang dilaporkan oleh media pemerintah setempat.
Korban jiwa terus berjatuhan. Data terbaru dari Kementerian Lingkungan Hidup pada Kamis (20/11) menyebutkan, setidaknya 41 orang tewas di enam provinsi sejak Minggu (16/11). Pencarian terhadap sembilan orang lainnya yang masih dinyatakan hilang pun terus dilakukan tanpa henti.
Skala kerusakannya benar-benar luas. Lebih dari 52.000 rumah terendam, memaksa hampir 62.000 orang harus meninggalkan tempat tinggal mereka. Beberapa jalan utama masih terblokir akibat tanah longsor yang terjadi di mana-mana. Belum lagi satu juta pelanggan yang harus merasakan hidup tanpa listrik, seperti yang diumumkan oleh Kementerian.
Tanah longsor yang mematikan juga melanda jalur dataran tinggi di sekitar Dalat, pusat wisata lainnya. Menurut catatan biro cuaca nasional, beberapa daerah bahkan mengalami curah hujan yang ekstrem, mencapai 600 milimeter sejak akhir pekan lalu.
Vu Huu Son, seorang pemilik hotel berusia 56 tahun, menggambarkan betapa terisolasinya kawasan itu. Hampir semua jalan menuju kota tertutup oleh longsor, hanya tersisa satu jalur yang bisa dilalui.
"Saya rasa sekarang tidak ada wisatawan karena mereka semua pergi pada akhir pekan sebelum hujan dan juga membatalkan tur mereka di sini," ujarnya, menggambarkan betapa sepi dan terpukulnya sektor pariwisata lokal.
Artikel Terkait
Mantan Sopir Hakim Tuntaskan Dendam, Bakar Rumah Majikan Hanya dalam 15 Menit
Para Pakar Dukung Penuh Program Makan Bergizi Gratis, Soroti Keamanan Pangan
Truk Gagal Rem, Terjun dan Hancurkan Tempat Cuci Steam di Bogor
Otonomi Daerah Mandek, Pakar Soroti Lemahnya Political Will Pemerintah Pusat