Huma Betang: Kearifan Dayak untuk Pembangunan Berkelanjutan dan Solusi Krisis Global

- Kamis, 13 November 2025 | 09:00 WIB
Huma Betang: Kearifan Dayak untuk Pembangunan Berkelanjutan dan Solusi Krisis Global

Ekonomi Berbasis Gotong Royong dalam Tradisi Manugal

Masyarakat Dayak menerapkan sistem ekonomi gotong royong melalui tradisi Manugal. Dalam praktik berladang kolektif ini, seluruh komunitas bekerja sama menggarap lahan. Pembagian hasil panen tidak didasarkan pada kontribusi tenaga semata, tetapi memperhatikan kebutuhan masing-masing keluarga.

Prinsip "sama keme, sama mangat, sama susah" mencerminkan filosofi bahwa suka dan duka ditanggung bersama. Sistem ini memastikan tidak ada anggota komunitas yang berkekurangan maupun berkelebihan.

Harmoni dengan Alam melalui Ritual dan Kearifan Ekologis

Sebelum membuka lahan baru, masyarakat Dayak melaksanakan upacara Manyanggar sebagai bentuk permohonan izin kepada penjaga hutan. Ritual ini menunjukkan kesadaran bahwa manusia merupakan bagian kecil dari ekosistem yang lebih besar.

Masyarakat Dayak juga menerapkan sistem ladang berpindah (shifting cultivation) yang memungkinkan alam memulihkan diri secara alami. Praktik ini membuktikan bahwa kesejahteraan dapat dicapai tanpa merusak ekosistem yang menopang kehidupan.

Relevansi Huma Betang dengan Pembangunan Berkelanjutan Modern

Nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah Huma Betang menunjukkan keselarasan yang erat dengan konsep Triple Bottom Line. Keseimbangan antara aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi telah menjadi landasan kehidupan masyarakat Dayak jauh sebelum istilah-istilah modern tersebut populer.

Kearifan lokal ini menawarkan perspektif berharga bagi pencarian solusi keberlanjutan global. Daripada mencari jawaban dari luar, mungkin kita perlu menggali lebih dalam warisan budaya yang telah teruji waktu di tanah air sendiri.


Halaman:

Komentar