KONON… Ada satu alasan yang kerap disebut-sebut, mengapa di masa Orde Baru pejabat lebih memilih bermitra dengan pengusaha Tionghoa untuk urusan-urusan gelap. Katanya, kalau sudah ketahuan, mereka cenderung menghadapi sendiri. Tak akan menarik-narik yang lain ke dalam masalah. Dengan begitu, “rekan kerjanya” tetap aman.
Lain halnya dengan kalangan pribumi. Prinsip mereka beda.
Maksudnya, masalah seberat apa pun akan terasa lebih enteng kalau dihadapi bersama. Ada teman seperjuangan, begitu kira-kira. Atau pepatah lain, “Tangan mencencang, bahu memikul.” Artinya, tanggung jawab itu dibagi. Suka dan duka dijalani bareng-bareng.
Nah, semangat kebersamaan yang mengakar ini rupanya dianggap kurang cocok untuk misi-misi yang butuh kerahasiaan tinggi. Apalagi untuk permufakatan jahat yang mengharuskan setiap orang tutup mulut rapat-rapat.
Jadi Tersangka, Gus Yazid Sebut-Sebut Nama Jenderal
Gus Yazid resmi berstatus tersangka. Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah menetapkannya sebagai tersangka dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang, yang ternyata berkait kelindan dengan kasus korupsi di BUMD PT Cilacap Segara Artha. Kerugian negara dari kasus BUMD itu sendiri sebelumnya diduga mencapai Rp 237 miliar.
Artikel Terkait
Era Politik Tanpa Malu: Ketika Rasa Bersalah Tak Lagi Jadi Beban Kekuasaan
Aturan Ketat Poligami Picu Maraknya Nikah Siri di Indonesia
CFD Akhir Tahun di Bundaran HI: Antara Semangat Pagi dan Renungan Menjelang 2026
Syaikh di Manchester Tantang Maut dengan Racun Tikus, Buktikan Kekuatan Iman