Usulan Skripsi Kolektif: Solusi Tingkatkan Dampak Riset Mahasiswa untuk Kebijakan Publik
Ketua Komisi XIII DPR RI, Willy Aditya, mengemukakan gagasan penting mengenai perubahan sistem pengerjaan skripsi di perguruan tinggi Indonesia. Ia mengusulkan agar skripsi dikerjakan secara kolektif menggantikan sistem individual yang berlaku saat ini.
Mengapa Skripsi Kolektif Diperlukan?
Willy menyoroti fakta bahwa ribuan skripsi yang dihasilkan mahasiswa setiap tahunnya dinilai kurang memberikan dampak signifikan bagi masyarakat. Menurut politisi Partai NasDem ini, skripsi individual memiliki keterbatasan dalam mendorong kebijakan publik yang strategis meskipun jumlahnya sangat banyak.
"Sudah saatnya perguruan tinggi kita keluar dari zona nyaman," tegas Willy dalam wawancara dengan Pandangan Jogja.
Kelemahan Sistem Skripsi Individual
Sistem skripsi individual saat ini dinilai memiliki beberapa kelemahan mendasar. Banyak karya ilmiah mahasiswa masih mengutip teori-teori lama yang belum tentu relevan dengan permasalahan aktual. Selain itu, terdapat kesenjangan antara teori akademis dengan realitas praktis di lapangan.
Willy menjelaskan, "Ketika kita berbicara kebijakan publik, harus berbasis riset. Tidak cukup hanya mengutip pendapat si A atau si B. Perlu korespondensi antara teori dan praktik di lapangan."
Artikel Terkait
Inovasi Pangan Fungsional Fapet UGM: Sapi Gama hingga Telur Omega-3 untuk Indonesia Emas 2045
Guru Dipecat dan Dipenjara Usai Bantu Honorer di Luwu Utara, Ini Kronologinya
Skandal Korupsi Energi Ukraina: Menteri Kehakiman Digantung, Tersangkut Dana 100 Juta Dolar
Sengketa Tanah Jusuf Kalla vs Lippo: Fakta Keterlibatan Jenderal TNI dan Mafia Tanah