Kritik Internal Pesantren: Kunci Menjaga Marwah dari Dampak Oknum

- Rabu, 12 November 2025 | 05:20 WIB
Kritik Internal Pesantren: Kunci Menjaga Marwah dari Dampak Oknum

Sebagai bagian dari komunitas pesantren, penulis termasuk yang aktif memberikan kritik terhadap perilaku tidak pantas dari beberapa elit agama, terutama yang masih muda. Meskipun konsekuensinya adalah permusuhan dan cap "berpikiran berbahaya", hal ini dilakukan sebagai wujud kepedulian.

Bahkan, ada laporan bahwa seorang influencer Islam pernah diperingatkan untuk tidak berinteraksi dengan penulis karena dianggap memiliki pemikiran yang membahayakan. Namun, justru setelah mendengar alasan tersebut, ia semakin tertarik untuk berdialog karena argumentasi yang logis dan terbuka.

Cinta Sejati pada Pesantren Diwujudkan dengan Kritik

Mencintai pesantren tidak hanya berarti memujinya, tetapi juga berani memberikan saran, kritik, dan masukan konstruktif. Inilah bentuk kepedulian dan cinta yang sesungguhnya terhadap institusi yang mulia ini.

Sayangnya, ketika kontroversi sudah menyebar, jejak digitalnya akan abadi. Memori publik, termasuk mereka yang tidak menyukai pesantren, akan terus mengingatnya. Pada akhirnya, komunitas pesantren secara keseluruhan yang akan menanggung beban citra negatif ini.

Bahkan mereka yang sejak awal mengkritik pun turut merasakan dampak buruknya. Situasi ini menimbulkan rasa kecewa yang mendalam.

Teguran yang Terlambat dan Dampaknya

Meskipun kabarnya sang muballigh telah ditegur oleh komunitas pesantren terkait, termasuk oleh beberapa influencer dari kalangan pesantren, respons tersebut dinilai terlalu lambat. Masalah sudah berkembang seperti bola salju yang menggelinding, dan sulit untuk dihentikan.

Oleh karena itu, penting bagi pesantren untuk lebih proaktif dan cepat dalam menangani masalah internal sebelum meluas ke ranah publik. Dengan demikian, marwah dan kepercayaan masyarakat terhadap pesantren dapat tetap terjaga.


Halaman:

Komentar