Rahmah el Yunusiyah: Pahlawan Nasional Perintis Pendidikan Perempuan Pertama di Indonesia

- Selasa, 11 November 2025 | 05:50 WIB
Rahmah el Yunusiyah: Pahlawan Nasional Perintis Pendidikan Perempuan Pertama di Indonesia

Perjalanan Diniyah Putri tidak selalu mulus. Pada 28 Juni 1926, gempa bumi mengguncang Sumatra Barat dan menghancurkan gedung sekolah. Namun, semangat Rahmah tidak surut. Hanya berselang satu bulan kemudian, ia memulai pembangunan kembali asrama Diniyah Putri di atas tanah wakaf milik ibundanya, Ummi Rafiah.

Tekad Rahmah dalam memajukan pendidikan perempuan tercermin dalam pernyataannya: "Telah terpatri di mata hati saya akan menyampaikan cita-cita Diniyah School Putri ini juga akan menyampaikan tujuan Diniyah School Putri ini, untuk seluruh anak bangsanya, Putri Islam Indonesia ini."

Peran dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Rahmah el Yunusiyah dikenal dengan sikap non-kooperatifnya terhadap pemerintah kolonial Belanda. Ia menolak tunduk pada sistem Belanda meski menghadapi berbagai tekanan. Pada 1932, ketika pemerintah kolonial menerbitkan Ordonansi Sekolah Liar yang diskriminatif terhadap penduduk pribumi, Rahmah memimpin Panitia Penolak Ordonansi Sekolah Liar di Padang Panjang.

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, Rahmah menjadi orang pertama di Sumatra Barat yang mengibarkan bendera Merah Putih. Ia juga mempelopori pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan mengumpulkan laskar-laskar pejuang Muslim di Sumatra Barat, sehingga dijuluki "Bundo Kanduang para pejuang".

Pengakuan Internasional dan Warisan yang Abadi

Pada 1955, kunjungan Rektor Universitas al-Azhar Kairo, Dr Syaikh Abdurrahman Taj, ke Diniyah Putri membawa dampak besar. Terkesan dengan sistem pendidikan yang diterapkan Rahmah, Universitas al-Azhar kemudian membuka Kulliyatul Banat, lembaga pendidikan khusus Muslimah. Sebagai bentuk apresiasi, pada 1957 Rahmah el Yunusiah dianugerahi gelar doktor kehormatan (honoris causa) dari universitas ternama tersebut, sehingga berhak menyandang gelar Syaikhah.

Rahmah el Yunusiah wafat pada 26 Februari 1969 di Padang Panjang, meninggalkan warisan berharga dalam dunia pendidikan. Perjuangannya selama 46 tahun memimpin Diniyah Putri telah menginspirasi generasi penerus untuk terus memajukan pendidikan perempuan Indonesia.


Halaman:

Komentar