Masa Depan Islam ASEAN Pasca-2025: Pengawasan Digital, Moderasi, dan Kontrol Narasi

- Senin, 10 November 2025 | 09:00 WIB
Masa Depan Islam ASEAN Pasca-2025: Pengawasan Digital, Moderasi, dan Kontrol Narasi

Strategi moderasi digital yang paling halus adalah transformasi wacana kritik menjadi kolaborasi. Generasi muda Muslim diarahkan untuk "berkolaborasi dalam kebaikan" dengan syarat keselarasan agenda moderasi. Paradigma ini berpotensi mengurangi daya kritis umat, dimana moderasi menjadi tiket sosial daripada kesadaran spiritual yang otentik.

Era 5G dan Behavioral Surveillance dalam Dakwah

Teknologi 5G dan AI menghadirkan sistem pengawasan berbasis perilaku (behavioral surveillance) yang memetakan setiap aktivitas dakwah online – dari like, share, hingga donasi. Kelompok yang dianggap "non-moderat" dapat dihapus dari ruang algoritmik tanpa memerlukan represi fisik, menciptakan bentuk kekuasaan baru yang menghapus lawan tanpa kekerasan secara fisik.

Masa Depan Islam ASEAN: Antara Pengawasan dan Kebebasan

Islam di Asia Tenggara pasca-2025 akan hidup dalam dualitas: Islam kultural yang damai namun terawasi, versus Islam independen yang kritis namun dibungkam algoritma. Islam Indonesia berperan sebagai jembatan antara negara dan umat, Barat dan Timur, namun risiko menjadi pagar pembatas selalu mengancam ketika kebebasan berpikir dibatasi.

Kolonialisme Digital: Penjajahan Narasi dan Kesadaran

Era digital menghadirkan bentuk kolonialisme baru: kolonialisme narasi. Jika kolonialisme lama menaklukkan tanah, dan kolonialisme modern menaklukkan pikiran, maka kolonialisme digital menaklukkan kesadaran. Islam Indonesia berada di persimpangan sejarah antara menjadi benteng ruhani umat yang menjaga kemerdekaan berpikir, atau menjadi pengelola narasi resmi bagi rezim global yang mengutamakan stabilitas.

Refleksi Akhir: Agama di Era Algoritma

Sejarah menunjukkan pola berulang dimana agama dimanfaatkan sebagai alat legitimasi – dulu untuk kerajaan, kini untuk algoritma. Pertanyaan kritis "Untuk siapa Islam yang kita sebut moderat ini sebenarnya diciptakan?" menjadi penanda harapan bahwa kesadaran umat akan kembali kepada pemilik aslinya, yaitu umat itu sendiri.

Benz Jono Hartono
Praktisi Media Massa, dan Vice Director Confederation ASEAN Journalist (CAJ) PWI Pusat di Jakarta


Halaman:

Komentar