Kengerian Gaza 2 Tahun: 68.000 Tewas, 92% Bangunan Hancur, dan Mimpi Mustahil Membangun Kembali

- Sabtu, 08 November 2025 | 22:25 WIB
Kengerian Gaza 2 Tahun: 68.000 Tewas, 92% Bangunan Hancur, dan Mimpi Mustahil Membangun Kembali

Senada, Aziz Hafiz, pimpinan Humanity First UK, mengatakan bahwa "tak ada deklarasi seindah apa pun yang bisa menggantikan hak fundamental atas kebebasan dan keamanan."

"Pembangunan tidak dapat tumbuh terpisah dari keadilan dan perdamaian," ujarnya. "Namun, itu tidak berarti kita harus menunggu perdamaian untuk bertindak. Setiap program pelatihan kerja, rehabilitasi sekolah, atau dukungan psikososial adalah bentuk perlawanan terhadap keputusasaan."

Talbot dari MAP menambahkan, "Untuk pembangunan yang benar-benar berarti, komunitas internasional harus menegakkan hukum kemanusiaan internasional. Harus ada tekanan nyata kepada pemerintah Israel, sebagai kekuatan pendudukan, untuk menegakkan gencatan senjata permanen, membuka perlintasan, dan mengizinkan masuknya bantuan serta pasokan medis tanpa hambatan."

Membangun Kembali Terasa Seperti Mimpi

Setelah dua tahun serangan dan kehancuran tanpa henti, Shaheen mengatakan bahwa yang paling diinginkan rakyat Gaza adalah "membangun kembali rumah mereka dengan tangan sendiri dan mendapatkan kembali sedikit kehidupan normal."

"Hidup di kamp pengungsian adalah salah satu hal tersulit yang dialami orang-orang saat ini," katanya.

"Kebanyakan tidak punya tempat berlindung yang layak—hanya tenda tipis yang hampir roboh diterpa angin. Tak ada ruang, tak ada privasi, tak ada kenyamanan. Saat hujan turun atau matahari membakar, tak ada tempat untuk berlindung."

Namun skala kehancuran membuat banyak orang bertanya-tanya seperti apa proses membangun kembali itu akan terjadi.

"Berapa lama hanya untuk membersihkan puing-puing? Kami dengar bisa butuh bertahun-tahun. Kalau membersihkan saja butuh selama itu, berapa lama lagi sampai pembangunan bisa dimulai?" tanya Shaheen.

Tapi, menurutnya, membangun kembali bukan sekadar soal "beton dan dinding."

"Itu tentang memulihkan kehidupan, rasa aman, dan martabat. Mereka tidak hanya ingin bangunan berdiri lagi, tetapi kehidupan kembali berdenyut."

Menurut Kantor Media Pemerintah Gaza, Israel telah melanggar gencatan senjata setidaknya 80 kali, dan lebih dari 240 warga Palestina—termasuk puluhan anak—tewas sejak perjanjian itu dimulai.

Talbot menutup dengan tegas: "Satu-satunya jalan menuju perdamaian dan pembangunan yang berkelanjutan di Gaza adalah keadilan dan akuntabilitas atas kejahatan yang dilakukan."

"Deklarasi dan konferensi hanyalah omong kosong jika tidak disertai kemauan politik untuk mengakhiri akar penderitaan Gaza: pendudukan militer dan blokade Israel yang terus berlangsung."

"Rakyat Palestina harus memiliki hak menentukan nasib sendiri—untuk memimpin pemulihan mereka dan menentukan seperti apa masa depan mereka."


Halaman:

Komentar