Tahap semifinal dan final akan dinilai oleh dewan juri yang terdiri dari para kiai dan tokoh nasional, di antaranya Wakil Ketua Umum PBNU KH Zulfa Mustofa, Pengasuh Ponpes API Tegalrejo KH Yusuf Chudlori, serta Anggota DPR RI Hindun Anisah dan Neng Eem Marhamah Zulfa Hiz, bersama sejumlah pakar lainnya.
Aspek Penilaian Kompetisi
Aspek penilaian meliputi ketepatan membaca teks, kefasihan, kemampuan memberi makna dan kontekstualisasi, hingga relevansi pemikiran peserta dengan isu politik dan sosial kekinian.
Keterkaitan FPTP dan PKB dengan Pesantren
KH Saifullah Ma'shum menegaskan penyelenggaraan MQKN merupakan wujud nyata keterikatan antara FPTP dan PKB dengan dunia pesantren. "Transformasi pesantren berpegang pada prinsip al muhafadlotu 'alal qadimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah - merawat yang lama yang baik, dan mengambil yang baru yang lebih baik. Lomba baca kitab kuning ini adalah warisan tradisi keilmuan pesantren yang kita rawat, sekaligus kita aktualisasikan agar relevan dengan zaman," ujarnya.
Islam Patriotik dan Peran Santri
MQKN juga menjadi bagian dari upaya FPTP memperkuat Islam patriotik - yaitu corak Islam yang berakar pada tradisi pesantren, berpijak pada nilai kebangsaan, serta menumbuhkan semangat cinta tanah air. "Islam patriotik adalah wajah Islam pesantren: mencintai tanah air, menghormati perbedaan, sekaligus berkontribusi aktif membangun bangsa. Melalui MQKN, kami ingin menunjukkan bahwa santri tidak hanya alim dalam kitab, tapi juga relevan dalam menjawab tantangan zaman," tegas KH Saifullah Ma'shum.
Komitmen PKB dalam Pelestarian Tradisi Pesantren
Gelaran Musabaqah Qira'atil Kutub Nasional 2025 juga menegaskan komitmen PKB dalam melestarikan tradisi pesantren sekaligus memperkuat peran santri dalam mengembangkan pemikiran keislaman yang kontekstual, moderat, dan berwawasan kebangsaan. Acara Grand Final MQKN 2025 dijadwalkan akan dihadiri langsung oleh Ketua Umum DPP PKB Abdul Muhaimin Iskandar, sebagai bentuk dukungan dan penghormatan PKB terhadap dunia pesantren sebagai pusat lahirnya nilai-nilai keilmuan, keislaman, dan kebangsaan.
Artikel Terkait
Malam Tahun Baru di Aceh Tamiang Berubah Jadi Malam Waspada Banjir
Tahun Baru Tanpa Kembang Api, Masyarakat Pilih Doa dan Donasi
Surabaya Menyambut 2026: Dari Taman Bungkul yang Ramah Keluarga Hingga Keriuhan Jalan Tunjungan
Pimpinan Negara Pantau Malam Tahun Baru, Situasi Dinyatakan Kondusif