Krisis Kesehatan Mental Gen Z Indonesia: Data, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Kesehatan mental Gen Z di Indonesia sedang menjadi perhatian serius. Generasi yang lahir antara 1995 hingga 2010 ini menghadapi tekanan unik di era digital. Mari kita telusuri akar permasalahan dan solusi untuk kondisi yang memprihatinkan ini.
Data dan Fakta Kesehatan Mental Gen Z
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2024 mengungkapkan prevalensi gangguan mental emosional pada kelompok usia 15–24 tahun mencapai 13,5%. Angka ini menunjukkan betapa rentannya generasi muda Indonesia terhadap masalah psikologis.
Survei Katadata Insight Center (KIC) 2024 memperkuat temuan ini, dengan 1 dari 4 Gen Z di perkotaan melaporkan gejala depresi atau kecemasan berlebihan. Tekanan akademis, ekonomi, dan budaya kerja yang serba cepat menjadi pemicu utamanya.
Kesenjangan Layanan Kesehatan Mental di Indonesia
Ikatan Psikiater Indonesia (PDSKJI) mencatat hanya ada sekitar 1.250 psikiater untuk melayani lebih dari 270 juta penduduk. Rasio ini jauh dari standar WHO yang merekomendasikan satu psikiater untuk 30.000 orang.
Keterbatasan tenaga profesional terutama terasa di daerah luar kota besar. Banyak Gen Z yang kesulitan mengakses layanan kesehatan mental, menyebabkan masalah mereka sering tidak tertangani sejak dini.
Peran Media Sosial dan Teknologi Digital
Media sosial menjadi pedang bermata dua bagi Gen Z. Di satu sisi, platform digital memudahkan mereka mengakses informasi kesehatan mental dan membangun komunitas pendukung. Banyak Gen Z yang aktif mengampanyekan self-care dan berbagi pengalaman pribadi di media sosial.
Artikel Terkait
Whoosh KCIC Dibongkar: Hutang 24.000 Triliun & Ancaman Kedaulatan untuk Prabowo
Revisi UU Pemilu 2026: Sistem MMP Solusi Atasi Politik Berbiaya Tinggi
Trump Buka Opsi Cabut Sanksi Iran: Saya Terbuka untuk Itu
Zohran Mamdani Berencana Tangkap Netanyahu di New York: Janji Kontroversial Wali Kota Terpilih