Pembantaian El-Fasher oleh RSF: Sejarah, Fakta, dan Kekejaman Pasukan Cepat Dukungan

- Sabtu, 01 November 2025 | 23:42 WIB
Pembantaian El-Fasher oleh RSF: Sejarah, Fakta, dan Kekejaman Pasukan Cepat Dukungan

Pembantaian El-Fasher oleh RSF: Sejarah dan Fakta Pasukan Cepat Dukungan

Kota El-Fasher di Sudan Barat baru-baru ini menjadi lokasi pembantaian mengerikan. Laporan terbaru menyatakan sekitar 2.000 orang tewas dalam serangan yang dilakukan oleh Pasukan Dukungan Cepat atau Rapid Support Forces (RSF). Peristiwa ini menyoroti kembali kekejaman kelompok paramiliter ini. Banyak yang bertanya, sebenarnya siapa RSF, bagaimana sejarahnya, dan di bawah komando siapa mereka beroperasi?

Sejarah dan Awal Mula RSF

RSF dibentuk di bawah komando Muhammad Hamdan Dagalo, yang lebih dikenal dengan nama panggilan Hemedti. Awalnya seorang Perwira Tinggi Angkatan Bersenjata Sudan, Hemedti membentuk RSF yang kemudian pada tahun 2015 secara resmi mendapatkan status sebagai tentara reguler negara.

Di bawah kepemimpinannya, kekuatan RSF berkembang pesat. Awalnya beranggotakan sekitar 30.000 personel, kelompok ini tumbuh menjadi kekuatan militer besar ketiga di Sudan, yang menyaingi Angkatan Bersenjata dan Badan Intelijen.

Ekspansi dan Pendanaan RSF

Pertumbuhan RSF semakin masif ketika Sudan bergabung dengan koalisi pimpinan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) dalam intervensi militer di Perang Sipil Yaman pada 2015. Keterlibatan ini memberikan RSF akses terhadap pendanaan dan pasokan senjata yang signifikan dari kedua negara Teluk tersebut.

Keterlibatan dalam Kudeta dan Kekuasaan

RSF juga diduga kuat terlibat dalam kudeta Sudan tahun 2019. Pasukan RSF di bawah perintah Hemedti ditugaskan untuk menahan Presiden Omar al-Bashir. Pasca kudeta, posisi Hemedti semakin kuat setelah ia ditunjuk sebagai Deputi Dewan Transisi Militer. Dengan dukungan penuh RSF, Hemedti kemudian tampil lebih menonjol dalam panggung diplomasi dan membangun relasi dengan kekuatan regional.


Halaman:

Komentar