Solusi: Dari Nasionalisme Defensif Menuju Kebangsaan Progresif
Menghadapi tantangan ini, Ibas mengusung konsep "Kebangsaan Progresif". Ia menjelaskan bahwa nasionalisme lama yang bersifat defensif perlu bergeser menjadi kebangsaan yang terbuka, reflektif, dan ilmiah.
"Nasionalisme kini harus menatap dunia, bukan menolak dunia," tegasnya. Gagasan ini sejalan dengan kutipannya dari sosiolog Anthony Giddens bahwa globalisasi tidak menghapuskan negara, tetapi menantang setiap bangsa untuk mendefinisikan dirinya kembali.
Ibas juga menekankan pentingnya peran ilmu, inovasi, dan data dalam membangun ketahanan nasional dan kesiapan Indonesia berperan aktif di kancah internasional. Ia menutup dengan pesan kunci, "Kebangsaan tidak hanya dibicarakan, tetapi dikerjakan."
Kuliah umum ini juga menghadirkan sejumlah narasumber lain, seperti Willy Aditya (Ketua Komisi XIII DPR RI), Aditya Prayitno (pendiri Parameter Politik Indonesia), Farah Savira (Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta), dan M. Syahroni Rofi'i, Ph.D. (dosen Kajian Ketahanan Nasional).
Artikel Terkait
Roy Suryo Investigasi Ijazah Gibran di Sydney: Fakta Kursus 6 Bulan yang Disetarakan SMK
Bupati & Dandim 1710/Mimika Tinjau Pembangunan di Mimika Barat Jauh, Dengar Aspirasi Pendidikan-Kesehatan
7 Masalah Sepele dalam Pernikahan yang Bisa Merusak Hubungan & Solusinya
Misteri Pesawat Kargo UEA di Bosaso: Dukungan Rahasia untuk RSF Sudan Terungkap