Sebuah contoh nyata dialami oleh seorang mahasiswi bernama Rara, lulusan pesantren salaf Qur'ani. Suatu hari, ia memutuskan untuk mengenakan pakaian khas pesantrennya di kampus. Namun, keraguan langsung menyergapnya. Ia bertanya kepada temannya, "Apakah aku terlihat seperti ibu-ibu?"
Kekhawatiran Rara ternyata bukan tanpa alasan. Beberapa temannya menyapa dengan komentar seperti, "Masyaallah, ada bu nyai" atau "Sungkem ustazah". Komentar-komentar ini, meski mungkin bermaksud bercanda, justru memperkuat rasa tidak percaya diri Rara dan membuatnya malu dengan pakaian yang ia kenakan.
Dampak yang Lebih Dalam: Pergeseran Identitas Diri
Perubahan makna pakaian di ruang sosial yang berbeda tidak hanya berhenti pada penampilan luar. Lebih dari itu, hal ini dapat berdampak pada lapisan identitas diri seseorang.
Seorang mahasiswi lulusan pesantren yang terbiasa menjaga aurat dengan pakaian longgar, ketika masuk ke lingkungan baru, akan merasa terdorong untuk menyesuaikan diri. Proses penyesuaian ini, jika tidak disadari, dapat secara perlahan mengikis identitas yang telah lama dibangun.
Kisah Rohmah: Perlahan Meninggalkan Kebiasaan
Rohmah, seorang mantan santri yang dulu sangat komitmen dengan pakaian longgar dan rok, mulai berubah setelah berkuliah. Di lingkungan barunya, cara berpakaiannya dianggap aneh. Tekanan sosial ini membuatnya perlahan beralih ke celana dan pakaian yang lebih ketat.
Tanpa disadari, ia mulai kurang memperhatikan detail auratnya. Kebiasaan lamanya memudar, dan bersamanya, sebagian identitas kesantriannya juga ikut luntur.
Kesimpulan: Jati Diri di Tengah Perubahan
Ruang sosial baru, seperti kampus, seharusnya menjadi tempat belajar, berjejaring, dan berkembang. Ia tidak seharusnya menjadi penghalang yang memaksa kita untuk malu pada jati diri sendiri.
Kita tidak perlu menanggalkan habit, identitas, dan jati diri yang telah menjadi bagian dari diri kita. Justru, identitas dan kebiasaan itu akan tumbuh semakin kuat ketika kita berani membawanya ke ruang sosial yang lebih luas. Keberanian untuk tetap menjadi diri sendiri di lingkungan mana pun adalah bentuk kekuatan identitas yang sesungguhnya.
Artikel Terkait
Waspada DBD di Musim Hujan 2025/2026, Surabaya Galakkan Gerakan 3M Plus
Peran Strategis Pemuda Muslim dalam Mengarahkan Perubahan di Era Digital
BMKG Peringatkan Hujan Lebat Awal November 2025, Waspada Banjir & Longsor
Tragis! Suporter Real Madrid Tewas Saat Mbappé Gagal Penalti di El Clásico