Pembantaian 2.000 Orang di El-Fasher: 5 Negara Arab Kecam Kekejaman RSF

- Jumat, 31 Oktober 2025 | 20:50 WIB
Pembantaian 2.000 Orang di El-Fasher: 5 Negara Arab Kecam Kekejaman RSF

2.000 Orang Dibantai di Sudan, 5 Negara Arab Kecam Aksi Pemberontak RSF di El-Fasher

Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter Sudan kembali dikutuk keras oleh negara-negara Arab, termasuk Mesir, Qatar, Turki, dan Yordania, atas pelanggaran HAM dan pembunuhan massal selama perebutan kota El-Fasher. Kecaman ini muncul bersamaan dengan laporan terbaru dari peneliti Universitas Yale yang mengungkap bukti satelit kuat dugaan pembantaian massal di kota strategis tersebut.

Bukti Satelit Pembantaian Massal di El-Fasher

Laboratorium Penelitian Kemanusiaan Yale melaporkan citra satelit yang diambil setelah RSF menduduki El-Fasher menunjukkan objek-objek berukuran tubuh manusia serta area luas berwarna merah di permukaan tanah. Analisis ini menguatkan laporan pemerintah Sudan bahwa setidaknya 2.000 orang tewas sejak pasukan paramiliter menyerbu kota itu.

Nathaniel Raymond, direktur eksekutif laboratorium tersebut, menyatakan kepada Al Jazeera bahwa skala kekerasan di El-Fasher belum pernah terjadi sebelumnya. "Kami melihat benda-benda berukuran antara 1,5 hingga 2 meter, yang merupakan panjang standar tubuh manusia, tergeletak horizontal di citra satelit resolusi tinggi," jelasnya.

Daftar 5 Negara Arab yang Mengecam Kekejaman RSF di Sudan

  1. Arab Saudi - Menyatakan keprihatinan mendalam dan mengutuk pelanggaran HAM berat, mendesak RSF memenuhi tanggung jawab melindungi warga sipil.
  2. Mesir - Menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera di seluruh Sudan dan menegaskan komitmen mendukung Sudan atasi krisis.
  3. Turki - Mendesak penghentian permusuhan di El-Fasher, menyerukan akses bantuan kemanusiaan tanpa hambatan dan penghentian serangan terhadap warga sipil.
  4. Qatar - Mengutuk kekejaman terhadap warga sipil dan menekankan pentingnya dialog untuk solusi damai konflik Sudan.
  5. Yordania - Mengutuk pelanggaran terhadap warga sipil dan menekankan kebutuhan mendesak gencatan senjata untuk melindungi nyawa.

Kekhawatiran Internasional dan Eskalasi Konflik

Sekjen PBB Antonio Guterres menyebut jatuhnya El-Fasher sebagai "eskalasi yang mengerikan" dan menyerukan penghentian dukungan militer asing kepada pihak yang bertikai. Laporan Yale juga memperingatkan bahwa tindakan RSF di El-Fasher konsisten dengan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, bahkan berpotensi meningkat ke tingkat genosida.

Kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak perempuan, eksekusi singkat, serta penggerebekan rumah-rumah warga dilaporkan terjadi secara meluas. Kejatuhan El-Fasher ini menguatkan kekhawatiran akan perpecahan Sudan lebih lanjut, mengingat RSF kini hampir sepenuhnya menguasai wilayah Darfur yang luas.

Komentar