Ismail sengaja memposting isu ini di X untuk mengajak diskusi publik seputar fotografi, ekonomi, dan etika. Menurutnya, hingga saat ini belum ada aturan jelas yang mengatur praktik yang semakin marak tersebut.
Banyak Pelari yang Merasa Risih
"Bukan kota besar saja, kabupaten kecil juga gitu. Banyak orang yang risih ke CFD, harus pakai masker, gak nyaman," ujarnya. Ia membandingkan dengan praktik di luar negeri yang lebih menghargai privasi. "Di luar negeri gak ada gitu, di Indonesia selalu ada privasi gak ada."
Potensi Penyalahgunaan Foto
Ismail juga mengkhawatirkan potensi penyalahgunaan foto. "Ada orang niat jahat pakai foto seksi-seksi kita gak tahu niat mereka. Pura-pura fotografer, ini ada something wrong."
Perlu Aturan Clear untuk Fotografer CFD
Meski memahami fenomena ini menjadi ladang ekonomi bagi fotografer, Ismail menekankan pentingnya aturan yang jelas. "Mungkin perlu ada tempat khusus, seperti wartawan kalau motret. Atau dari sisi yang difoto ngasih tahu atau tanda kalau gak mau difoto."
Peran Pemerintah dan Organisasi
Ia menyarankan perlu diskusi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat maupun daerah. "Ini aspeknya luas, harus ada pembahasan bersama sehingga mewakili fotografer, runner, ini ruang publik. Kalau nasional di Kominfo, implementasi AI dan etika perlu diharmoniskan."
Artikel Terkait
TERUNGKAP! Dalang Korupsi Haji Disebut Setara Iblis & Firaun, KPK Didesak Bertindak
Mengapa Yusuf Islam (Cat Stevens) Pilih Poligami yang Bertanggung Jawab Daripada Hidup Bebas Tanpa Batas?
Rapat Tertutup BPIH 2026: Strategi Pemerintah Gagalkan Mafia Haji!
Gubernur Kalbar Ria Norsan Bongkar Rahasia Pemuda Sejati, Siapa Saja yang Diberi Penghargaan?