Larangan Keras dan Nilai Kebhinekaan
Wamenos juga menekankan tiga hal yang dilarang keras di lingkungan sekolah: bullying, kekerasan verbal maupun non verbal, dan pelecehan. "Sekolah Rakyat ini rumah kedua. Kalian harus saling menguatkan dan menghargai perbedaan, karena Indonesia itu Bhineka Tunggal Ika," pesannya yang disambut seruan "Siap!" dari seluruh siswa.
Transformasi Kepercayaan Diri Siswa
Momen inspiratif ditunjukkan oleh Galuh Intan Prastiwi (16) yang dengan percaya diri menyampaikan ucapan terima kasih kepada Presiden Prabowo atas gagasan Sekolah Rakyat. Agus Jabo mengungkapkan kebanggaannya melihat perkembangan Galuh yang sebelumnya pemalu menjadi berani berbicara di depan umum.
Tumbuhnya Toleransi Antar Umat Beragama
Wakil Kepala SRMA 19 Bantul, Alfian Ihsan Prayoga, mengungkapkan perubahan signifikan pada siswa setelah tiga bulan bersekolah. "Awalnya mereka pendiam dan minder, sekarang sudah percaya diri," ujarnya. Ia juga menyoroti tumbuhnya toleransi dimana siswa non-Muslim turut mengingatkan teman Muslimnya untuk salat.
Komitmen Berkelanjutan untuk Pendidikan
Menutup kunjungan, Agus Jabo berpesan kepada para pendidik untuk terus menumbuhkan empati dan kesabaran. Ia berkomitmen akan terus memantau kualitas pendidikan dan kehidupan asrama siswa di seluruh Sekolah Rakyat.
Profil SRMA 19 Bantul
SRMA 19 Bantul saat ini menampung 200 siswa yang terdiri dari 83 laki-laki dan 117 perempuan. Mereka didampingi oleh 25 guru pengajar, 10 wali asrama, dan 20 wali asuh yang membimbing kegiatan akademik dan kehidupan berasrama.
Artikel Terkait
Soeharto Pahlawan Nasional: 5 Fakta Sejarah yang Bikin Kontroversi Ini Patut Dibaca!
ASEAN Plus One vs Gejolak Global: Rahasia Strategi PM Anwar di KTT ke-47 Terungkap!
Warga Israel di Athena Dihadapkan pada Realitas Pahit: Perang Baru di Pengasingan
Lelang Seni hingga Orasi: Aksi Solidaritas Palestina yang Meriah di Depan Kedubes AS!