"Sehubungan dengan itu, saya menarik semua pernyataan saya di dalam video tersebut dan memohon agar wawancara dalam kanal YouTube tersebut ditarik dari peredaran," lanjutnya.
Sebagai penutup, permohonan maaf disampaikan kepada semua pihak yang mungkin terdampak oleh ucapannya sebelumnya, sebuah gestur yang menunjukkan kesadaran akan luasnya efek yang ditimbulkan oleh pernyataannya.
"Saya mohon maaf setulus-tulusnya kepada semua pihak yang saya sebutkan pada wawancara tersebut. Demikian pernyataan saya dan saya sangat berharap agar wacana tentang ijazah tersebut dapat diakhiri."
Analisis: Mengapa Langkah Ini Krusial?
Pencabutan pernyataan oleh Sofian Effendi memiliki bobot yang sangat signifikan. Selama ini, isu ijazah palsu seringkali didasarkan pada spekulasi dan teori konspirasi tanpa bukti kuat.
Namun, ketika seorang mantan Rektor dari universitas ternama ikut angkat bicara, narasinya mendapatkan "legitimasi" semu di mata sebagian publik.
Pernyataan awalnya di kanal YouTube tersebut menjadi amunisi baru bagi para penyebar disinformasi.
Dengan ditariknya pernyataan tersebut, fondasi klaim dari pihak yang meragukan ijazah Jokowi menjadi runtuh.
Argumentasi mereka kehilangan salah satu pilar utamanya. Sikap Sofian Effendi yang kini berbalik 180 derajat dan sepenuhnya mendukung posisi resmi UGM menutup celah bagi perdebatan lebih lanjut dari sisi akademis.
Tindakannya meminta video untuk dihapus juga merupakan langkah proaktif untuk memitigasi kerusakan dan mencegah penyebaran disinformasi lebih lanjut. Ini adalah upaya untuk membersihkan jejak digital dari pernyataan yang kini ia akui keliru.
Sumber: suara
Foto: Mantan Rektor UGM Sofian Effendi mencabut pernyataannya mengenai ijazah Jokowi. [kolase]
Artikel Terkait
Luhut Buka Suara: Masalah Kereta Cepat Whoosh Ternyata Bukan Baru-baru Ini!
Roy Suryo Bongkar Pasal Selundupan! Konspirasi KPU Soal Ijazah Gibran Akhirnya Terungkap.
Roy Suryo Bongkar Pasal Selundupan Ijazah Gibran: Ini Modus Konspirasi KPU yang Dituduhkan!
Luhut Buka Suara Soal Utang Kereta Cepat: Purbaya Tanya, Siapa yang Minta APBN?