Kisah Inspiratif, Suami-Istri Guru Besar UGM Dedikasikan Hidup untuk Protein Hewani Indonesia

- Rabu, 11 Juni 2025 | 23:00 WIB
Kisah Inspiratif, Suami-Istri Guru Besar UGM Dedikasikan Hidup untuk Protein Hewani Indonesia


Selasa, 10 Juni 2025 - Yogyakarta - Balai Senat Universitas Gadjah Mada menjadi saksi bisu momen bersejarah dalam dunia peternakan Indonesia. Prof. Dr. Ir. Chusnul Hanim, M.Si.,IPM., ASEAN Eng., resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Biokimia Nutrisi Ternak, melengkapi keistimewaan keluarga yang telah memiliki seorang guru besar: suaminya, Prof. Dr. Ir. H. Ali Agus, DAA, DEA, IPU, ASEAN Eng.

Kini, keluarga Prof. Ali Agus dan Prof. Chusnul Hanim menjadi salah satu dari sedikit pasangan yang berhasil meraih gelar Guru Besar di bidang yang sama, yaitu peternakan. Sebuah pencapaian yang mencerminkan dedikasi seumur hidup untuk kemajuan inovasi protein hewani Indonesia.
Fitobiotik: Revolusi Ternak Bebas Antibiotik

Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul "Fitobiotik dan Aplikasinya untuk Peternakan Masa Depan: Produktivitas, Kualitas Produk Hasil Ternak, dan Emisi Metan", Prof. Chusnul Hanim menawarkan solusi revolusioner untuk tantangan peternakan modern.

"Antibiotik membuat ternak resisten terhadap obat-obatan. Fitobiotik ini mampu dijadikan sebagai antibiotic growth promoters replacer," ungkap Prof. Hanim yang kini menjadi bagian dari 532 Guru Besar aktif di UGM.

Fitobiotik merupakan senyawa metabolit sekunder yang berasal dari berbagai tanaman herbal yang mudah ditemukan di Indonesia. Beberapa contoh fitobiotik yang dapat digunakan sebagai pakan aditif alami antara lain temulawak, kunyit, jintan hitam, bawang putih, jahe, kencur, lidah buaya, daun beluntas, dan daun binahong. Tanaman-tanaman ini selama ini dikenal sebagai jamu tradisional untuk manusia, kini terbukti bermanfaat pula untuk kesehatan ternak.

Inovasi fitobiotik yang dikembangkan Prof. Hanim terbukti mampu meningkatkan kualitas produk ternak tanpa mengandalkan antibiotik. Pada ayam petelur, fitobiotik meningkatkan warna kuning telur. Sementara pada ayam pedaging, penambahan premix herbal fungsional memungkinkan penggunaan pakan berprotein 2% lebih rendah namun tetap menghasilkan performa optimal.

Acara pengukuhan dihadiri sejumlah kalangan, tak hanya dari akademisi, tapi juga dari dunia usaha. Terlihat hadir Direktur Utama Holding BUMN Pangan ID FOOD, Ghimoyo dan Komisaris Utama ID FOOD,  Suhartono Suratman. Dari kalangan pengusaha, tampak Presiden Direktur PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk, Tjiu Thomas Effendy, dan Komisaris PT Widodo Makmur Unggas Tbk, Tumiyana.

Hadir pula beberapa pejabat pemerintah, diantaranya Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Agung Suganda, dan Bupati Blora, Arief Rohman. 

Sinergi Dua Dekade Riset

Kehadiran Prof. Hanim sebagai Guru Besar melengkapi kiprah suaminya, Prof. Ali Agus, yang telah 35 tahun mengabdikan diri di dunia peternakan. Prof. Ali, yang kini menjabat sebagai Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Hilirisasi Produk Peternakan, dikenal sebagai pionir teknologi "burger pakan" atau Fermented Complete Feed.

"Menjadi dosen sejak tahun 1990 dan sekarang ini tahun 2025, berarti sudah genap 35 tahun ya. Wah, tidak terasa sebagai akademisi, sebagai peneliti," kata Prof. Ali yang juga menjadi arsitek di balik roadmap swasembada protein hewani Indonesia 2025-2035.

Sinergi keahlian keduanya menciptakan ekosistem riset yang komprehensif. Prof. Ali fokus pada teknologi pakan dan nutrisi ternak, sementara Prof. Hanim mengembangkan solusi biokimia untuk kesehatan ternak dan keberlanjutan lingkungan.

Menjawab Tantangan Protein Nasional

Pengukuhan Prof. Hanim hadir di tengah tantangan besar ketahanan protein nasional. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2024 menunjukkan 46% penduduk Indonesia masih kekurangan asupan protein harian, dengan rata-rata konsumsi hanya 62 gram per kapita per hari.

"Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2024, sebanyak 46% orang Indonesia kekurangan asupan protein harian," ungkap Prof. Ali. Angka ini jauh tertinggal dari Malaysia (159 gram), Thailand (141 gram), dan Filipina (93 gram).

Riset Prof. Hanim tentang fitobiotik menjadi kunci untuk meningkatkan efisiensi produksi ternak sambil menjaga kesehatan hewan dan keberlanjutan lingkungan. Teknologi ini mampu menurunkan emisi metan dari ternak ruminansia, sekaligus mengurangi jejak karbon industri peternakan.

Warisan Ilmiah untuk Indonesia Emas

Ketua Dewan Guru Besar UGM Prof. Baiquni mencatat bahwa Prof. Hanim kini menjadi bagian dari 26 guru besar aktif dari 52 guru besar yang pernah dimiliki Fakultas Peternakan UGM. Kehadirannya melengkapi kekuatan riset fakultas di bidang biokimia nutrisi ternak.

Pasangan Prof. Ali dan Prof. Hanim membuktikan bahwa dedikasi ilmiah dapat berjalan beriringan dengan kehidupan keluarga. Keduanya tidak hanya berkontribusi dalam penelitian, tetapi juga dalam implementasi kebijakan dan pembangunan industri peternakan nasional.

"Kalau kita bicara Indonesia 2045 atau 100 tahun Indonesia merdeka, maka kunci utama ada di SDM. Man behind the gun. Itu yang paling vital," kata Prof. Ali, yang juga menjadi Komisaris Holding BUMN Pangan ID FOOD.

Momentum Emas Peternakan Indonesia

Program makan bergizi gratis (MBG) Presiden Prabowo Subianto menjadi momentum emas bagi implementasi riset keduanya. Fitobiotik Prof. Hanim dan teknologi pakan Prof. Ali dapat berkontribusi langsung dalam menyediakan protein hewani berkualitas untuk program nasional.

"Makan bergizi ini mau tidak mau bicara tentang protein hewani, khususnya hasil ternak: daging, telur, susu," kata Prof. Ali, yang 15 tahun lalu telah memprediksi pentingnya program ini dalam bukunya "Jihad Menegakkan Kedaulatan Pangan: Suara dari Bulaksumur".

Dengan Prof. Hanim sebagai Guru Besar bidang Biokimia Nutrisi Ternak dan Prof. Ali sebagai Tenaga Ahli Menteri Pertanian, pasangan ini menjadi kekuatan ganda dalam transformasi peternakan Indonesia menuju swasembada protein hewani 2045.

Keluarga Prof. Ali dan Prof. Hanim membuktikan bahwa cinta sejati tidak hanya tumbuh dalam kehidupan personal, tetapi juga dalam dedikasi bersama untuk memajukan bangsa melalui inovasi ilmiah yang berkelanjutan. ***

Foto: Prof. Ali Agus (kanan) mendampingi istrinya, Prof. Chusnul Hanim (tengah) pada acara pengukuhan guru besar di UGM, Yogyakarta.

Komentar