Artinya:
"Meskipun berbeda zat Buddha dan Siwa, tetaplah esa adanya, tidak ada kebenaran yang kedua."
Kalimat ini digunakan Mpu Tantular untuk menggambarkan toleransi dan kesatuan di antara umat Hindu dan Buddha yang hidup berdampingan pada masa itu.
Ia menekankan bahwa meskipun memiliki kepercayaan yang berbeda, pada hakikatnya semua agama mengajarkan kebaikan dan kebenaran yang sama.
Konsep Bhinneka Tunggal Ika kemudian semakin relevan seiring dengan berkembangnya Majapahit menjadi kerajaan besar yang mempersatukan berbagai wilayah di Nusantara.
Keberagaman suku, agama, dan budaya yang ada di bawah naungan Majapahit menjadi tantangan sekaligus kekuatan bagi kerajaan.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: tentangguru.com
Artikel Terkait
Oknum Polisi Bunuh Dosen IAK Bungo: Motif Asmara dan Keterlibatan Pelaku Lain Didalami
3 Warga Palestina Ditembak Israel di Gaza Timur: Korban Anak-Anak Dibawa ke RS al-Ahli
Ledakan Tabung Elpiji 3 Kg di Pekalongan Tewaskan Satu Keluarga, Ini Kronologinya
PPPK Paruh Waktu ke Full Time: Proses, Syarat, dan Isu Jual Beli Jabatan