Belakangan ini, ramai banget perbincangan di media sosial tentang aturan minum obat tiga kali sehari. Apa sih sebenarnya maksud di balik anjuran itu? Banyak yang masih bingung, bahkan mungkin menganggapnya sekadar patokan jam biasa.
Nah, dr. Ngabila Salama, seorang ahli kesehatan dari Universitas Indonesia, kembali mengingatkan publik. Menurutnya, ada alasan ilmiah kuat yang sering terlewatkan.
"Setiap obat punya masa kerja terbatas di dalam tubuh," jelas Ngabila, yang pernah menjabat di Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
Ia memaparkan, setelah ditelan, obat akan diserap dan masuk ke aliran darah untuk bekerja melawan penyakit. Namun, perlahan-lahan kadarnya akan turun karena diproses hati dan akhirnya dibuang oleh ginjal.
"Nah, kalau kadarnya sudah jatuh di bawah batas efektif, ya obatnya nggak mempan lagi. Makanya, minum tiap 8 jam itu tujuannya buat menjaga kadar obat tetap stabil sepanjang hari," ujarnya pada Selasa (30/12).
Ia menekankan, "Ini bukan soal jam di dinding, tapi soal konsentrasi obat di dalam darah."
Lalu, kenapa harus persis delapan jam?
Jawabannya berkaitan langsung dengan cara kerja melawan infeksi. Bakteri di dalam tubuh kita berkembang biak terus-menerus. Antibiotik tidak membunuh semuanya sekaligus. Yang lemah akan mati duluan, sementara yang kuat butuh paparan obat yang konsisten untuk dilumpuhkan.
Kalau jadwal minum obat telat atau terlewat, kadar obat turun. Dampaknya? Bakteri yang tersisa bisa bangkit lagi dan malah berpotensi jadi lebih kebal. Inilah yang sering disebut resistensi antibiotik.
Artikel Terkait
Kapolri Minta Respons Cepat, Tegaskan Tak Perlu Viral untuk Dapat Keadilan
Ironi Karpet Merah AS untuk Netanyahu di Tengah Opini Global yang Merosot
Pramono Anung: Lintas Velodrome-Manggarai Ditargetkan Beroperasi Tahun Depan
Kemendikbud Longgarkan Aturan Seragam untuk Siswa Korban Bencana