Siang itu, Senin (29/12), suasana di Kantor Kelurahan Kebalen, Babelan, benar-benar tak biasa. Bau menyengat langsung menerpa siapa pun yang mendekat. Puluhan gerobak sampah berjejal di halaman, isinya sampah rumah tangga ada yang ditumpahkan begitu saja, ada yang masih menumpuk di atas gerobak. Dalam sekejap, pusat pelayanan publik itu berubah jadi penampungan sampah dadakan.
Sedikitnya dua puluh gerobak turun hampir bersamaan. Sampah dari permukiman warga berserakan, sebagian menggunung tak karuan. Tapi di balik tumpukan bau itu, ada kekecewaan yang sudah lama mengendap. Para penarik sampah ini sedang memprotes.
Pemicunya jelas: penutupan sebuah Tempat Pembuangan Sementara (TPS) ilegal yang jadi tumpuan mereka. TPS liar itu baru saja ditutup langsung oleh Plt Bupati Bekasi didampingi camat dan lurah. Masalahnya, penutupan itu tak dibarengi kejelasan. Mau buang ke mana sekarang?
Para penarik sampah terjepit. Sampah dari rumah warga terus mengalir setiap hari, sementara akses mereka ke tempat pembuangan biasa tiba-tiba terputus.
keluh salah seorang penarik sampah di lokasi, suaranya terdengar kesal.
Ketua Kelompok Masyarakat Pemilah Sampah (KMPS) Kebalen, Syarifudin, membenarkan aksi ini lahir dari kebuntuan. Dia bilang, para penarik sampah sudah diperingatkan untuk tidak lagi membuang ke TPS yang disegel. Tapi tanpa opsi lain, pilihan mereka tinggal sedikit.
Artikel Terkait
Densus 88 Ungkap 68 Anak Terpapar Ideologi Ekstrem, Rencanakan Aksi di Sekolah
Dasco: Pemulihan Aceh dan Sumatera Dijalankan dengan Skala Nasional
Minuman Impor China dalam Program Makanan Bergizi, Warganet Soroti Ironi Anggaran
Malam Tahun Baru Tak Harus Mewah, Intinya Kebersamaan