Sudah rahasia umum, akses ke Prabowo seringkali harus melewati 'pintu-pintu' tertentu. Nama Sufmi Dasco dan Sjafrie Sjamsoeddin paling sering disebut. Demokrat sejauh ini belum terlihat dekat dengan kedua pintu itu. Mungkin mereka merasa punya hak istimewa untuk langsung bertemu sang capres, tanpa perlu perantara.
Namun begitu, manuver Demokrat belakangan ini memang terasa sendiri. Ambil contoh kritik pedas Dino Patti Djalal, yang dekat dengan SBY, terhadap Menlu Sugiono dari Gerindra. Lalu ada isu keterlibatan dalam kasus ijazah Jokowi, meski dibantah. Agaknya Demokrat punya agenda tersendiri yang tak selalu sejalan dengan kawan koalisinya.
Itu mungkin salah satu alasan mengapa mereka seperti dijauhi. Apalagi kalau kita lihat isu panas terkini: wacana mengembalikan Pilkada ke DPRD. Golkar, Gerindra, PAN, dan PKB disebut-sebut setuju. Sementara suara Demokrat, NasDem, dan PKS masih belum terdengar jelas di publik. Ada apa ini?
Jadi, pertemuan di rumah dinas Bahlil itu bisa jadi bukan awal penguatan, melainkan justru cikal-bakal perpecahan. Di tengah merosotnya kepercayaan publik, wacana Pilkada lewat DPRD itu ibarat "harakiri" politik. Pemilihan langsung saja hasilnya sering mengecewakan, apalagi jika semua diserahkan ke partai politik? Bisa-bisa makin runyam.
Artikel Terkait
Rektor Paramadina Usulkan Pilkada Jalan Tengah untuk Putus Rantai Cukong
Kritik untuk Bencana Aceh Berujung Teror Misterius ke Aktivis
Empat Korban Kebakaran Panti Wredha Manado Akhirnya Teridentifikasi
Pidie Jaya Tercekik: Air Bersih dan Rumah Warga Tersapu Banjir